'Guyon Diktator Bentuk Power Jokowi'

CNN Indonesia
Rabu, 09 Agu 2017 07:06 WIB
Presiden Jokowi berguyon perihal diktator. Guyonan itu dianggap seolah Jokowi ingin menunjukkan kekuatan kepada lawan politiknya.
Presiden Jokowi disebut ingin menunjukkan kekuatannya dengan berguyon diktator. (Foto: CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo atau Jokowi melempar guyonan diktator saat membuka Pasanggiri Nasional dan Kejuaraan Perguruan Pencak Silat Nasional (Persinas) ASAD 2017 kemarin. Guyonan itu dianggap sebagai pesan kepada lawan politiknya bahwa Jokowi memiliki kekuatan.

“Ini tidak terlepas dari konteks yang terjadi belakangan ini. Jadi Jokowi mulai menunjukkan bahwa dia sebagai presiden yang punya power (kekuatan). Dia menunjukkan itu,” kata pengajar psikologi politik Universitas Indonesia (UI), Dicky Pelupessy kepada CNNIndonesia.com, Selasa (8/8).

Jokowi, ia menjelaskan, selama ini atau pada awal-awal masa kepresidenannya dipersepsikan tidak cukup memiliki kekuatan politik. Salah satu faktornya, Jokowi yang hanya kader PDI Perjuangan dipersepsikan tidak memiliki cukup kekuatan politik.
Selain itu, Dicky menambahkan, guyonan diktator secara konteks juga tidak lepas dari pertemuan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo Subianto, Kamis (27/7). Apalagi dalam pertemuan itu, baik SBY dan Prabowo menyinggung perihal gaya kepemimpinan Jokowi yang terkesan otoriter dan diktator.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Secara konteksnya sebagai bentuk reaksi atas kondisi tersebut. Menunjukkan bahwa saya (Jokowi) tidak seperti yang ditunjukkan,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo atau JokowiPresiden Joko Widodo atau Jokowi secara psikologi politik, ingin memperlihatkan begitu dengan rakyatnya.  (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Belum lagi, menurut dia, gaya atau karakter Jokowi yang ramah terhadap siapa pun. Bahkan, terkesan bukan layaknya seorang presiden sebab sama seperti rakyat biasa pada umumnya.
“Bahasa psikologi Jokowi mudah didekati. Itu dilihat dari gaya blusukan, dekat masyarakat, rakyat, melakukan hal-hal yang dilakukan masyarakat, pergi ke tukang cukur, mungkin orang menilai cenderung populisme. Jokowi punya karakter itu, punya karakter yang orang anggap seperti orang biasa. Itu kemudian dia tunjukkan,” bebernya.

Guyonan diktator itu, Dicky memaparkan, merupakan respon Jokowi yang jika diam dituding rival politiknya bakal menjadi pembenaran. Sebab, diam menunjukkan tidak memiliki power.

“Itu akan berbeda jika itu dilakukan orang lain. Prilaku orang dipengaruhi karakter dan konteks. Jokowi ingin menunjukkan perbedaan dia dengan lainnya. Ini menegaskan siapa Jokowi, beda dengan SBY, Prabowo,” katanya menegaskan.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin meminta Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tak merasa alergi kritik termasuk dari mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Presiden Jokowi sekali lagi hendaknya tidak antikritik. Bagaimana pun jangan anggap semua kehidupan masyarakat sudah berjalan baik-baik saja tanpa perlu dikoreksi sedikitpun. Ingat daya beli masyarakat, pengangguran, kemiskinan, dan berbagai problem bangsa masih terus terjadi," kata Didi Irawadi dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (29/7).

Dalam siaran tersebut, Didi menegaskan, SBY sebagai mantan presiden ke-6 RI, yang terpilih dua kali, adalah mantan pemimpin negara yang sarat pengalaman dan memiliki legitimasi memberikan serta masukan demi kemaslahatan bangsa Indoensia.
Didi pun mengklaim, SBY yang juga Ketua Umum Partai Demokrat tersebut sebagai sosok yang cinta demokrasi. Atas dasar itu, SBY disebutnya tidak pernah anti kritik, sekalipun itu dinilai keras bahkan berlebihan.

"Tidak seorangpun yang pernah dituduh makar [oleh SBY] hanya karena berbeda pendapat apalagi hanya kritik," ujar Didi.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER