Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus kekerasan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) pekan lalu kembali mengusik masyarakat. Tak cuma di khalayak, kasus kekerasan karena dilatari masalah cinta itu juga ramai diperbincangkan di media sosial.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo pun geram atas kekerasan yang kembali terjadi di IPDN. Menurut Tjajo, para pelaku pemukulan mesti disanksi tegas.
"Jangan diberi kesempatan, jangan diberi kelonggaran sanksi. Ini mengganggu kehormatan IPDN khususnya Kemendagri," tutur Tjahjo di kantornya, Selasa (28/8).
Kekerasan di IPDN sejatinya bukan hal baru. Sudah sejak lama, sekolah pendidikan yang mengadopsi militeristik itu kerap terjadi kekerasan, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari informasi yang dihimpun
CNNIndonesia.com, setidaknya ada 35 praja meninggal dalam kurun waktu 1993 sampai 2007. Namun hanya 10 kasus saja yang terungkap ke publik. Rata-rata mereka tewas tak wajar dan dugaan perlakuan tak layak dari senior.
Banyaknya kasus kematian praja sampai membuat dosen IPDN, Inu Kencana membuat disertasi pada 2007. Disertasi itu berjudul 'Pengawasan Kinerja STPDN Terhadap Sikap Masyarakat Kabupaten Sumedang'.
Berikut 10 kasus praja IPDN meninggal dunia tak wajar dan terbongkar ke publik.
1. Madya Praja Gatot dari Kontingen Jatim yang meninggal ketika menjalani latihan dasar militer dan dadanya retak (Tahun 1994).
2. Alvian dari Lampung, meninggal di barak tanpa sebab (Tahun 1995).
3. Fahrudin dari Jateng, meninggal di barak tanpa sebab (Tahun 1997).
4. Edi meninggal dengan dalih sedang belajar sepeda motor di lingkungan kampus (Tahun 1999).
5. Purwanto meninggal dengan dada retak (Tahun 2000).
6. Obed dari Irian Jaya, meninggal dengan dada retak (Tahun 2000).
7. Heru Rahman dari Jawa Barat yang meninggal akibat tindak kekerasan. Kasusnya sempat menjadi bahan berita. Kasusnya dilimpahkan di pengdilan (Tahun 2000).
8. Utari meninggal karena aborsi dan mayatnya ditemukan di Cimahi (Tahun 2000).
9. Wahyu Hidayat yang juga ramai diberitakan meninggal karena tindak kekerasan. Kasusnya dilimpahkan ke pengadilan (Tahun 2003).
10. Irsan Ibo meninggal karena dugaan narkotika (Tahun 2005).
Di luar catatan itu, ada lagi kasus kematian praja IPDN. Pertama, tahun 2012 praja bernama Yudhi Wardhana Siregar meninggal karena sakit di bagian otak. Kedua, tahun 2013, Yonoli Untajana tewas saat mengikuti kegiatan pra-Resimen Mahasiswa (Menwa) saat latihan di kolam di kampus IPDN, Remboken, Minahasa, Sulut.
Kekerasan IPDN lain kembali tercatat pada 2014, 2015, dan 2017. Meski tak sampai menimbulkan kroban jiwa, tetap saja ini menjadi noda hitam bagi IPDN.
Pada 2014 misalnya, sebanyak lima praja putri terlibat adu jotos dan berujung pada penyiraman air keras. Kemudian pada 2015 kekerasan kembali terjadi ketika dua taruna Akmil Magelang, Jawa Tengah yang tengah kunjungan ke IPDN dipukuli oleh lima praja IPDN.
Terbaru, pada akhir Agustus 2017, seorang praja IPDN dikeroyok 10 rekannya. Latar belakang penganiayaan ini sepele, yakni persoalan asmara.