Saat Sapi Jadi Pengungsi Gunung Agung

CNN Indonesia
Kamis, 28 Sep 2017 19:08 WIB
Sama seperti manusia, sapi yang jadi pengungsi pun butuh makanan serta tempat khusus. Sapi turut dievakuasi agar pemiliknya mau meninggalkan zona bahaya.
Petugas turut mengungsikan ternak sapi milik warga. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Bali, CNN Indonesia -- Petugas penanganan pengungsi bahaya erupsi Gunung Agung tak hanya sibuk mengurusi warga yang harus mengungsi. Petugas juga disibukkan dengan evakuasi sapi milik penduduk. Belasan ribuan hewan ternak milik warga itu juga harus diangkut dari wilayah bahaya dan diberi makanan.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, sapi adalah aset berharga warga yang tinggal di lereng Gunung Agung. Karena warga tak bisa begitu saja menelantarkannya.

Karena banyak warga enggan meninggalkan rumah mereka lantaran sapi mereka itu. Ada juga yang sudah tinggal di pengungsian, memilih pulang pada siang hari untuk memberi pakan sapi mereka dan kembali ke pengungsian pada malam hari.
Masalah sapi ini juga pernah terjadi saat penanganan bencana erupsi Gunung Merapi 2010 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Korban meninggal dunia mencapai 277 jiwa, sebagian masyarakat yang tidak mau mengungsi karena menjaga sapi," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Kamis (28/9).

Hal ini yang diharapkan tidak terjadi dalam penanganan erupsi Gunung Agung. Karena itu selain warga, petugas juga mengevakuasi ribuan sapi milik warga.

Saat ini tercatat sudah 1.384 ekor sapi milik warga yang diungsikan dari zona berbahaya ke tempat aman. Ternak itu ditempatkan di pengungsian khusus di 30 titik.

Evakuasi hewan ternak ini dilakukan dengan bantuan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, dan Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem.
Saat Sapi Jadi Pengungsi Gunung AgungPengungsi bahaya erupsi Gunung Agung di Karangasem Bali. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Petugas saat ini juga tengah berupaya mengevakuasi 18.616 ekor sapi. Sutopo menuturkan kendala evakuasi sapi adalah terbatasnya jumlah truk pengangkut. Petugas saat ini baru memiliki 20 truk yang bisa digunakan.

Ketersediaan pakan ternak juga terbatas. Kebutuhan konsentrat sapi untuk satu bulan sebesar 1.200 ton, dan saat ini baru tersedia 60 ton.

"Begitu juga kebutuhan pakan hijau selama satu bulan diperlukan 15.000 ton. Selain itu juga terbatasnya jumlah personil, pengawasan dan perawatan ternak," kata Sutopo.
Bantuan penanganan evakuasi untuk evakuasi telah disalurkan berupa 5 ton pakan konsentrat, 10.000 dosis obat-obatan, 1 mobil truk untuk evakuasi ternak, pembangunan kandang, dan kebutuhan lainnya.

Keberadaan sapi dalam daftar pengungsi ini membuat teori penanggulangan bencana yang diadopsi dari negara-negara maju, justru tak bisa dipraktikkan.

Sutopo mengatakan, dengan segala kakhasannya ini, Indonesia malah bisa disebut sebagai laboratorium bencana.

Menurutnya, jalur kultural dengan pendekatan kepada masyarakat dirasa lebih efektif dibandingkan dengan jalur struktural, terutama dalam menangani masyarakat yang harus mengungsi dari ancaman letusan gunung api.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER