Mendeteksi Gempa Tremor Sebelum Gunung Agung Meletus

CNN Indonesia
Kamis, 28 Sep 2017 12:57 WIB
PVMBG terus memantau kondisi terkini Gunung Agung, khususnya indikasi gempa tremor. Jika gempa tremor terjadi maka bisa diprediksi tak lama lagi meletus.
PVMBG terus memantau kondisi terkini Gunung Agung, khususnya indikasi gempar tremor. Jika gempa tremor terjadi maka bisa diprediksi tak lama lagi meletus. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Denpasar, CNN Indonesia -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terus melakukan pemantauan terhadap Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali. Salah satu paramater yang dipantau adalah gempa tremor.

Gempa tremor adalah gempa yang bisa mengindikasikan adanya aktivitas vulkanik di gunung api. Jika gempa tremor terjadi, maka bisa diprediksi dalam beberapa jam selanjutnya gunung api akan segera meletus. Karenanya Gunung Agung yang punya ketinggian 3.142 mdpl itu terus dipantau perkembangannya.

"Sampai siang ini belum, indikasi (terjadi gempa tremor), kita lihat saja nanti," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Kementerian Energei dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (28/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Gede menerangkan, gempa tremor menjadi paramater penting gunung api sebelum erupsi. Sebab, jika ditemukan adanya gempa tremor pada Gunung Agung, maka pihaknya harus segera mengirim pesan peringatan kepada pihak terkait dan warga untuk segera mengosongkan zona bahaya dari aktivitas.

"Barang vital itu (gempa tremor). Kalau itu muncul, gempar kita," ujar Gede.

Sampai siang ini, pemantauan yang dilakukan dari Pos Pemantauan Gunung Agung di Rendang, Karangasem, juga belum memperlihatkan adanya tanda-tanda erupsi. Yang terlihat hanya kepulan asap uap dari kawah Gunung Agung.

"Kepulan asap uap air di kawah, warna putih tipis, setinggi 50 meter dari puncak," katanya.


Terkait dengan penggembungan (inflasi) yang telah terjadi di tubuh Gunung Agung, tak bisa dilihat secara kasat mata lantaran ukurannya sangat kecil, yakni dalam hitungan milimikron.

"Itu kan cuma satu titik, kami amati, yang penting ada indikasi dia (Gunung Agung) naik membesar tapi ukurannya cuma milimikron," tutur Gede.

Sebelumnya, PVMBG memperkirakan pergerakan magma Gunung Agung sudah mendekati permukaan. Hal ini ditandai dengan frekuensi kegempaan yang semakin sering.


Berdasarkan hasil pemantauan PVMBG, hingga Rabu (27/9) petang, terpantau telah terjadi 329 kali gempa vulkanik dangkal, 444 kali gempa vulkanik dalam, dan 56 kali gempa tektonik lokal. Jumlah tersebut, lebih tinggi dibandingkan frekuensi gempa hari sebelumnya.

"Pergerakan magma mendekati permukaan terus berlangsung. Peluang terjadinya letusan (Gunung Agung) cukup besar," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER