Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Presidium Persatuan Pergerakan, Andrianto menyarankan Presiden Joko Widodo mengambil alih posisi Ketua Umum PDI Perjuangan demi meningkatkan elektabilitasnya jika ingin kembali maju pada Pilpres 2019 mendatang.
Menurut Andrianto yang ditemui dalam diskusi
Evaluasi 3 Tahun Pemerintahan Jokowi di Jakarta, Jumat (6/10) itu, sang mantan Wali Kota Solo pasti bisa menang Pilpres jika mengisi posisi ketum partai banteng tersebut.
"Kalau dia bisa mengambil alih PDI Perjuangan dengan menjadi ketua umum, misalkan, entah bagaimana caranya, kudeta atau cara halus, nonhalus, baru bisa menang," kata Andrianto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andrianto tidak heran dengan hasil beberapa lembaga survei yang menyatakan bahwa elektabilitas Jokowi masih di bawah 50 persen.
Menurutnya, hal itu wajar terjadi karena selama ini partai-partai pendukungnya cenderung bersikap bertentangan. Soal Pansus Angket untuk KPK yang dibentuk Komisi III DPR, Andrianto memberi contoh.
Pansus itu didominasi oleh partai-partai pendukung Jokowi, termasuk PDI Perjuangan.
Menurut Andrianto, elektabilitas Jokowi tergerus karena partainya turut serta dalam pansus yang dinilai rakyat melemahkan KPK tersebut. Di sisi yang lain, Jokowi juga tidak punya kuasa yang besar untuk menentukan langkah-langkah partainya.
"Inilah mungkin menurut kami ada korelasinya," kata Andrianto.
Andrianto menegaskan, tidak ada petahana yang elektabilitasnya di bawah 50 persen.
Jika berkaca pada riwayat mantan Presiden Amerika Serikat seperti Bill Clinton dan Barack Obama, kata Andrianto, maka tinggi elektabilitas sosok itu adalah terkait dengan menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan janji pada saat masih berkampanye.
"Seorang Ahok saja yang sangat dipuja, masuk pilkada 60 persen elektabilitasnya," kata Andrianto melanjutkan.
Hal itu berbeda dengan Jokowi yang dinilai telah keluar jalur dari Nawacita. Oleh karena itu, jalan pintas untuk mengerek elektabilitasnya yakni dengan menduduki posisi ketua umum partai.
"Saya berikan solusi ini, bukannya ngomporin," ujar Andrianto mengakhiri pembicaraan.