Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan Warga Dusun Tihingseka, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, yang masuk radius Kawasan Rawan Bencana (KRB) II, memilih mengungsi secara mandiri ke posko sementara di Gedung Kesenian, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Bali, Minggu (26/11).
"Dusun kami berada di radius delapan hingga sembilan kilometer dari puncak Gunung Agung, sehingga masyarakat memilih mengungsi secara mandiri," ujar Kepala Dusun Tihingseka, Made Suardita, di Bebandem, Karangasem, Bali, seperti dikutip dari kantor berita
Antara, Minggu (26/11).
Menurutnya, jumlah warga yang mengungsi secara mandiri ini sudah mencapai 132 orang jiwa atau 28 kepala keluarga sejak Gunung Agung kembali mengeluarkan abu vulkanik yang cukup tebal, pada Pukul 07.30 WITA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara keseluruhan, jumlah kepala keluarga yang berada di Dusun Tihingseka mencapai 264 kepala keluarga. Mereka juga telah mengungsi ke sejumlah tempat aman.
Made Suardita berharap, Pemerintah memberi kepastian soal perlu tidaknya warga direlokasi ke tempat yang lebih aman.
"Dari hari Sabtu (25/11) wagra kami sudah mencium bau belerang sangat keras," ujarnya.
Sementara itu, warga Komang Widyana mengungkapkan, pengungsi mandiri hingga saat ini belum memperoleh bantuan dari Pemerintah. Dirinya berharap petugas segera memberikan bantuan.
"Kami juga berharap pemerintah memberikan kepastian kepada kami bagaimana status Gunung Agung saat ini," imbuhnya.
 Gunung Agung memuntahkan asapnya, pada Minggu (26/11). ( Foto: EMILIO KUZMA-FLOYD/via REUTERS) |
Hingga saat ini, warga dusun setempat masih bertahan di posko sementara Gedung Kesenian setempat hingga ada kepastian dari pemerintah bagaimana nasib mereka di tempat itu.
"Abu sudah mulai tebal di Dusun Pengadangan juga yang juga masuk radius KRB III yang berada di Desa Buana Giri dan Desa Jungutan," katanya.
Diketahui, ada tiga jenis Radius Berbahaya Status Awas Gunung Agung. Yakni, KRB III, KRB II, dan KRB I.
Terpisah, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumantri meminta masyarakat tetap tenang menghadapi aktivitas vulkanik dan erupsi Gunung Agung. Syaratnya, warga beraktivitas di luar radius enam kilometer dari puncak gunung, ditambah perluasan sektoral radius 7,5 kilometer.
"Saya minta warga masyarakat yang berada lebih dari radius enam kilometer (dari puncak) tetap tenang dan jangan takut dengan kondisi ini, meskipun Gunung Agung sudah 18 kali mengalami aktivitas vulkanik," ujar dia, di Pos Pantau Desa Rencang, Karangasem, Minggu.
Pihaknya, bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di daerah setempat datang untuk memantau kondisi hasil pemeriksaan seismograf dan aktivitas kegempaan Gunung Agung di pos pemantau.
Dari pantauannya, ada beberapa desa yang warganya sudah mengungsi yang telah dilakukan warganya sejak 14 Oktober 2017. "Kami memastikan sudah ada 48.000 warga kami sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman," ungkap dia.
Sejak kembalinya aktivitas vulkanik Gunung Agung pada 21 November 2017, pihaknya selalu mengimbau warganya agar tetap siaga dan waspada. "Kami juga sudah mengingatkan kepada warga yang berada di radius KRB III agar mengosongkan kediamannya," ujarnya.
Bupati pun berharap agar pemerintah daerah di sembilan kabupaten/kota dapat menerima warga pengungsi Gunung Agung dan memberikan perhatian kepada para pengungsi itu. Jika ada kekurangan logistik, pihaknya siap ikut memfasilitasi.
"Kami berharap pemerintah kabupaten/kota yang menampung warga asal Karangasem agar ikut membantu logistik para pengungsi ini ketika ada kekurangan," ujarnya.
Berdasarkan informasi dari Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho, ketinggian erupsi mencapai 3.000 meter.
Sutopo meminta agar masyarakat tak terpengaruh isu tentang Gunung Agung, dan lebih memercayakan pada imbauan pemerintah.
"Hingga pagi ini (26/11), pukul 08:30 WITA, erupsi Gunung Agung terus berlangsung. Hujan abu mengarah ke timur-tenggara ke arah Lombok. Status Siaga. VONA: RED," ungkap Sutopo lewat akun media sosialnya.
(arh/sur)