Jakarta, CNN Indonesia -- Teater kebangsaan berjudul
Satyam Eva Jayate yang dipentaskan dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-71 Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri banyak menyinggung soal kondisi sosial politik terkini.
Satyam Eva Jayate dipentaskan di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (23/1).
Mengadaptasi pola alur cerita Ramayana, lakon ini memunculkan sejumlah tokoh seperti Raja Raden Wijaya yang diperankan Sudjiwo Tedjo, resi atau orang suci oleh Butet Kertaradjasa, permaisuri yang diperankan Happy Salma, putri raja oleh Inayah Wahid, serta Adipati yang diperankan Marwoto dan Susilo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pementasan teater disuguhkan dengan humor satir yang menimbulkan gelak tawa para tamu undangan termasuk Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"Sekejam-kejamnya ibu tiri masih lebih kejam ibu kota, misalnya pilkada," kata Adipati Susilo dalam salah satu adegan.
Satyam Eva Jayate memunculkan sejumlah tokoh seperti Raja Raden Wijaya yang diperankan Sudjiwo Tedjo (kiri), resi atau orang suci oleh Butet Kertaradjasa (tengah-depan), permaisuri yang diperankan Happy Salma, putri raja oleh Inayah Wahid, serta Adipati yang diperankan Marwoto dan Susilo. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Lain segmen, isu kebijakan impor beras juga sempat disinggung. Pada segmen itu, Butet sebagai resi melakukan penafsiran mimpi permaisuri.
"Ini mimpi bisa saja diartikan mencangkul-cangkul lapangan golf yang sangat luas itu, untuk dijadikan tempat perkebunan dan sawah-sawah, agar tidak impor beras," ucap Butet.
Penampilan Inayah Wahid tak kalah mengundang gelak tawa. Dengan peran sebagai putri raja, Inayah sempat disangka Yenny Wahid yang merupakan kakaknya.
"Mbak Yenny, ya? Yang cagub itu," tanya seorang ajudan Adipati Marwoto. "Bukan, itu kakak saya, enggak jadi maju," balas Inayah.
Secara keseluruhan, peran yang diambil para aktor dan artis berhasil menghibur para tamu undangan. Tema teater yang mengangkat perjuangan persaingan dua tokoh besar untuk merebutkan puncak kekuasaan dengan berbagai cara, ditampilkan secara segar.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto usai pagelaran membantah pementasan teater itu sarat sindiran politik kepada pihak tertentu.
"Sejak awal Samuel Wattimena sebagai panitia ketemu Butet menyampaikan pesan yang penting ini tampilkan kegembiraan, tidak ada sindiran kepada siapapun, dan jangan ada yang merasa tersindir juga," kata Hasto.
Ia lantas menyebut tema impor beras termasuk soal pilkada yang sempat disinggung dalam lakon, merupakan hal biasa. Hal tersebut sebagai bagian aktualisasi dalam memaknai isu terkini.
Hasto pun menegaskan bahwa pagelaran ini murni sebuah penghormatan terhadap kebudayaan, sekaligus bentuk perhatian utama Megawati di bidang lingkungan.
"Dan temanya pun
Satyam Eva Jayate pada akhirnya kebenaran yang akan menang. Ini pernyataan Raden Wijaya pada 1293, dan jadi bagian nilai-nilai penting yang diyakini bu Mega," ujarnya.
(wis)