Kronologi Perawat Suntik Pasien Yang Sudah Meninggal

CNN Indonesia | CNN Indonesia
Selasa, 30 Jan 2018 09:10 WIB
Pasien mendapat suntikan dari perawat tanpa terlebih dulu diperiksa. Bahkan saat pasien sudah meninggal, perawat disebut masih menyuntik tubuh pasien.
Ilustrasi. (Thinkstock/BernardaSv)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pelayanan kesehatan di Surabaya kembali mendapat sorotan publik menyusul kasus seorang perawat yang diduga menyuntik pasien yang sudah meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Siti Khodijah, Taman Sidoarjo, Surabaya, Jawa Timur. 

Kasus itu terkuak setelah beredar video yang menjadi viral, yang merekam keluarga pasien sedang memarahi seorang dokter dan perawat di RS Khodijah yang diduga bertanggung jawab atas insiden penyuntikan tersebut.

Abu Daud Hamzah (41) menceritakan awal kejadian perawat menyuntik pasien yang sudah meninggal dunia. Abu Daud adalah anak dari Supariyah, pasien meninggal yang menjadi korban penyuntikan di RS Siti Khodijah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, pada tanggal 20 Desember 2017, sekitar pukul 04.30 WIB, Daud mengantarkan ibunya ke RS Siti Khodijah yang letaknya tidak jauh dari rumahnya atau kurang lebih 300 meter.

"Saat itu ibu saya mengeluhkan sakit pusing dan mual," tutur Daud di Sidoarjo, Senin (29/1).

Dia mengatakan, sesampainya di ruang UGD RS Siti Khodijah, ibunya ditangani oleh dokter jaga UGD dan kemudian diberikan suntikan. Dokter juga memberi resep obat.

"Singkatnya, empat jam setelah berobat, kondisi kesehatan ibu tidak membaik justru sebaliknya semakin memburuk. Kemudian saya dan beberapa saudara membawa kembali ke RS Siti Khodijah," katanya.

Pada kedatangan yang kedua di rumah sakit itu, Daud dan keluarga ditolak oleh pihak RS dengan alasan kamar sudah penuh.

Kakak Daud, Faisal, lantas menjelaskan kepada petugas penerima pasien bahwa ibunya adalah pasien umum bukan peserta BPJS Kesehatan.

Ia menyatakan pihak keluarga siap membayar berapa pun biayanya asal ibunya bisa segera ditangani.

"Petugas penerima pasien langsung mengatakan bahwa ada kamar kosong namun hanya tinggal satu," ucapnya.

Supariyah kemudian dirawat di ruang Paviliun Multajam nomor 8, sekitar pukul 11.30 WIB.

"Selanjutnya, petugas rumah sakit menginformasikan kepada kami bahwa yang menangani ibu adalah dokter Zakaria spesialis penyakit dalam dan dokter Hamdan spesialis saraf," ujarnya.

Hari pertama di ruang Paviliun Mulktajam, Supariyah tidak mendapatkan penanganan dari dokter.

Dia baru ditangani oleh dokter Zakaria keesokan harinya atau pada 21 Desember.

Dalam pemeriksaan tersebut, ujar Daud, dokter Zakaria mengatakan bahwa Supariyah mengalami gangguan di sarafnya sehingga tidak mau menerima makanan.

Zakaria juga menyebut dokter Hamdan sebagai pihak yang lebih berhak menangani penyakit Supariyah.

Dokter Hamdan ternyata tak kunjung menangani Supariyah. Padahal, ada jadwal kunjungan dokter Hamdan untuk memeriksa pasien pada Pukul 19.00 WIB, Pukul 21.00 dan Pukul 23.00 WIB.

"Diduga dokter Hamdan tidak bisa memeriksa ibu karena sibuk memeriksa pasien di lantai bawah," kata Daud yang mendapatkan informasi dari suster yang bertugas di ruangan Paviliun Multajam nomor 8.

Dalam kondisi kritis itu, Daud mengatakan, ibundanya hanya mendapat suntikan dari suster yang bertugas. Puncaknya, sekitar pukul 20.00 WIB, Daud bersama kakaknya yang bernama Hajar menyatakan keberatan kepada suster piket.

"Tolong sampaikan kepada pimpinan anda, dokter Hamdan. Apabila terjadi apa-apa kepada ibu saya sebelum dokter datang, kalian semua saya tuntut," ucap Daud kepada suster piket.

Dokter Hamdan juga tak kunjung datang hingga pukul 21.00 WIB, di sisi lain suster masih melakukan penyuntikan tanpa pengecekan terlebih dulu terhadap pasiennya.

"Saya semakin penasaran dikarenakan ibu saya disuntik, kok, tidak bergerak sama sekali," ujar Daud. 

"Dengan berbekal pengalaman sederhana, saya dan saudara memegang pergelangan tangan Ibu saya yang kanan dan kiri, ternyata sudah tidak ada denyut nadinya," imbuhnya.

Daud beserta keluarga lalu menyatakan protes kepada rumah sakit hingga membuat suasana Paviliun Multajam nomor 8, malam itu menjadi ramai.

"Dari situ, tidak lama kemudian sosok dokter Hamdan yang sekaligus direktur Rumah Sakit Siti Khodijah, muncul. Terjadi ribut, perang mulut antara keluarga saya dengan dokter Hamdan dan terekam video," ucap Daud.

Dikonfirmasi secara terpisah, Humas RS Siti Khodijah Taman Sidoarjo Emmy Hudayanti saat dihubungi melalui sambungan selulernya mengatakan akan menggelar pers konferensi hari ini, Selasa (30/1).

Sedangkan Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera menyatakan kepolisian tengah melakukan pengumpulan data dan bahan keterangan.

Kepolisian juga melakukan penyelidikan rumah sakit berinisial S itu.

"Tempatnya sudah kami dapatkan, hasilnya di rumah sakit S di Sidoarjo, kami juga sudah melakukan penyelidikan terhadap videonya yang viral dan telah dibagi sekitar ribuan kali di masyarakat," katanya.

Barung lantas mengimbau kepada keluarga yang merasa dirugikan agar segera membuat laporan resmi. Sebab hingga kemarin, kata dia, belum ada laporan masuk.

"Kami tunggu laporannya," ucapnya.

Polda Jatim dalam kasus ini juga akan menggandeng Ikatan Dokter Indonesia. (dik/djm/wis)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER