Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian memerintahkan seluruh jajarannya menggelar operasi untuk merazia senjata tajam. Langkah ini ditempuh menyikapi aksi penganiayaan yang belakangan semakin marak terjadi.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, mengatakan operasi untuk merazia senjata tajam digelar dengan menyesuaikan karakteristik wilayah di Indonesia.
Teknis penyelenggaraan operasi ini diserahkan kepada kepala satuan kepolisian di masing-masing wilayah, bukan secara terpusat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah per wilayah yang laksanakan, artinya sesuai karakteristik wilayah. Misalnya, operasi senjata tajam di Madura, di sana orang sering bawa senjata tajam jadi harus disesuaikan dulu," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Selasa (20/3).
Dia melanjutkan kepolisian saat ini tengah menggelar Operasi Mantap Praja dalam rangka menjaga keamanan jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018.
Menurut jenderal bintang dua itu, operasi tersebut juga untuk mencegah peredaran senjata tajam dan senjata api ilegal.
"Operasi Mantap Praja dalan rangka pilkada salah satu bagiannya itu. Melakukan upaya preventif, mencegah jangan sampai beredar senjata api dan senjata tajam secara ilegal," kata Setyo.
Kasus penyerangan terhadap tokoh agama belakangan memang menjadi sorotan.
Setyo menyampaikan total keseluruhan peristiwa penganiayaan ulama yang terjadi hingga saat ini adalah empat kasus. Kepolisian belum menemukan keterkaitan antara keempat peristiwa penganiayaan ulama tersebut.
"Kelihatannya belum ada kaitannya di sana, masih berdiri sendiri," tutur Setyo.
Sebelumnya, Kepala Satuan Tugas Nusantara Polri, Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono mengatakan ada tiga peristiwa penganiayaan ulama yang benar terjadi, yakni penganiayaan Umar Basri di Cicalengka l, Jawa Barat; Prawoto di Bandung, Jawa Barat; dan Hakam Mubarok di Lamongan Jawa Timur.
Jumlah penganiayaan terhadap ulama bertambah akhir pekan lalu setelah Imam Masjid Atuqqo, Krajan, Kendal, Jawa Tengah bernama H Ahmad Zaenuri (57) dianiaya oleh seorang pengamen di rumahnya di Desa Truko, Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (17/3).
(wis/gil)