Jakarta, CNN Indonesia -- Mabes Polri menyatakan masih menyelidiki dugaan kejahatan lingkungan, dalam insiden kebakaran kapal kargo dan nelayan di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Sabtu (31/3) pekan lalu. Asal tumpahan minyak yang diduga menjadi penyebab kebakaran belum diketahui hingga saat ini.
Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Wakapolri) Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin mengatakan, polisi masih melakukan investigasi asal-usul tumpahan minyak itu. Hal itu dilakukan buat mengetahui apakah minyak itu sengaja dibuang ke perairan Balikpapan oleh pihak tertentu atau tidak.
"Kalau dibuang itu kejahatan, nanti kami investigasi, kami akan cek Polda Kalimantan Timur. Itu mencemari biota laut, itu harus diinvestigasi siapa pelakunya," kata Syafruddin saat ditemui di Kantor Dewan Masjid Indonesia, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin (2/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara terpisah, Direktur Tindak Pidana Tertentu Badan Reserse Kriminal (Dirtipidter Bareskrim) Polri Brigadir Jenderal Fadil Imran mengatakan, mereka bakal menerjunkan personel buat membantu proses penyelidikan dilakukan Polda Kalimantan Timur. Namun, dia tidak menjelaskan bantuan teknis seperti apa bakal diberikan.
"Saya mau turunkan tim. Bantuan teknis ke Polda Kalimantan Timur," tuturnya saat dikonfirmasi.
Kapolres Balikpapan Ajun Komisaris Besar Wiwin Fitra mengatakan, mereka masih menunggu hasil uji laboratorium forensik buat memastikan jenis tumpahan minyak menyebabkan kebakaran di Teluk Balikpapan. Menurut dia, Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri telah mengambil sampel minyak, baik yang ada di laut dan kapal.
"Masih dalam proses, hari ini tim Puslabfor Polri ambil sampel barang bukti nanti akan dicek laboratorium minyaknya jenis apa, minyak kapal, solar, atau yang lainnya," kata Wiwin.
Dua kapal terbakar di Teluk Balikpapan pada Sabtu akhir pekan lalu. Kapal yang terbakar adalah kapal batu bara milik asing, yang jalur pelayarannya berdekatan dengan jalur pengangkutan milik PT Pertamina.
"Saya bisa pastikan yang terbakar, saya ada langsung di sana. Itu bukan kapal tanker milik Pertamina, tetapi kapal batu bara," ujar Region Manager Communication and CSR Pertamina Kalimantan Yudi Nugraha, kepada
CNNIndonesia.com, Sabtu pekan lalu.
Pesut MatiWarga menemukan bangkai seekor pesut (Orcaella brevirostris) terdampar di pantai di belakang Gedung DPRD Balikpapan, Minggu pagi. Penemuan ini setelah kurang lebih 24 jam peristiwa tumpahan minyak terjadi di Teluk Balikpapan.
"Pesut betina, usianya kira-kira 4-5 tahun," kata ahli mamalia laut Daniella Kreb, Senin (2/4) dikutip
Antara.
Daniella adalah peneliti pada Rare Aquatic Species Indonesia (RASI). Meskipun kulit pesut menghitam, Daniella tidak berani memastikan akibat kematian pesut itu hanya dari melihat kondisinya.
"Kawan-kawan dari BKSDA sudah melakukan nekropsi dan mengambil beberapa sampel yang diperlukan. Mungkin perlu waktu sepekan untuk memastikan sebab kematian," jelasnya.
Nekropsi atau bedah mayat, atau pada mayat manusia biasa disebut otopsi, dilakukan di pantai tempat pesut itu terdampar itu juga. Dari pengukuran, diketahui pesut betina itu memiliki panjang 205 cm dan lingkar badan terbesar 89 cm. Daniella memperkirakan usia pesut itu dari panjang tubuhnya.
Selesai nekropsi, pesut itu dikubur di lubang yang sudah disiapkan.
Teluk Balikpapan memang dihuni mamalia yang kini terancam punah itu. Menurut penelitian RASI, pesut ada hampir di seluruh wilayah Teluk Balikpapan.
Pesut itu bisa dilihat di Tanjung Jumlai, Penajam, Jenebora, dan Pantai Lango bila di sisi selatan Teluk. Lalu ada di Kariangau, Tanjung Batu, Muara Berenga, Muara Tempadung, Pulau Balang, hingga Muara Semoi-Sepaku yang sudah jauh ke utara, sekitar 1 jam naik perahu bermesin diesel.
(ryo/ugo)