Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Sosial mengintruksikan Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Tim Dukungan Psikososial (LDP) untuk meningkatkan kewaspadaan dan melindungi warga terkait gempa bumi susulan yang terjadi di Kecamatan Kalibening, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat saat meninjau proses penanganan kebencanaan gempa bumi di Posko Pengungsi Banjarnegara.
"Terutama perlindungan kepada kelompok rentan yakni ibu hamil, lansia, anak-anak dan penyandang disabilitas," kata Harry melalui keterangan resminya, Senin (23/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil kunjungan ke empat desa, yaitu Kasinoman, Kertosari, Plorengan, dan Sidakangen, Harry menyebut perlindungan kepada kelompok rentan harus ditingkatkan. Sesaat setelah terjadinya gempa susulan, pengungsi memerlukan sapaan dan penguatan. Hal itu menjadi tugas tim LDP dan Tagana Psikososial.
"Berdasarkan hasil asesmen tim LDP, ketika ada gempa susulan anak-anak panik, ketakutan, menangis dan menjerit-jerit. Para lansia terutama ibu-ibu mengalami kecemasan di luar kewajaran dan takut masuk rumah," kata Harry.
Sementara itu, pengungsi yang anggota keluarganya meninggal mengalami kesedihan mendalam, takut masuk rumah, sulit tidur, tidak mau makan, serta mengalami kebingungan.
Ditemui Harry di salah satu tempat pengungsian di desa Kasinoman, Nenek Dakemi (90) mengaku masih belum berani pulang ke rumah. Selama lima hari, dia bertahan di tenda pengungsian bersama anak, cucu, dan cicitnya.
"Sebenarnya ingin pulang ke rumah. Kalau malam di tenda (pengungsi) dingin, kadang hujan juga. Mudah-mudahan ada bantuan pemerintah untuk rumah kami yang rusak," kata Dakemi kepada Harry.
Samirah (25) bersama balitanya, Hikam (5) tak mampu menahan tangis saat mengisahkan kronologi gempa.
"Saya di kamar bersama anak saya, nenek ada di dapur. Saya panik melihat lantai dan tempat tidur terguncang-guncang. Spontan saya bangun dan lari ke depan. Nenek jatuh di dapur dan baru bisa keluar rumah setelah gempa berhenti," katanya sambil terisak.
Kesimpulan dari hasil asesmen, kata Harry, pengungsi mengalami kesedihan yang mendalam dan merasakan trauma dan kecemasan akan kehidupan selanjutnya.
Petugas gabungan bersama relawan membersihkan puing bangunan yang berbahaya, akibat gempa di Banjarnegera. (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria) |
Oleh karena itu, Harry menyebut pengungsi perlu layanan psikososial secara berkelanjutan seperti
trauma healing,
counseling, spirit of life, life review therapy, spiritual teraphy, dan play therapy. Sementara dalam jangka panjang diperlukan penanganan pascatrauma atau
Post Trauma Stres Disorder (PTSD).
"Layanan
trauma healing, konseling dan psikoterapi akan terus dilakukan hingga beberapa bulan ke depan sesuai kebutuhan meskipun masa tanggap darurat selesai," kata Harry.
Kegiatan yang dilakukan tim Kemensos dan relawan lainnya meliputi pemberian motivasi, konseling, trauma healing, dan berdialog dengan kelompok rentan di beberapa titik pengungsian. Adapun posko LDP Kemensos berada di SDN 2 Kasidengan, Desa Kasidengan, Kalibening.
"Kemudian secara bertahap akan dilakukan perluasan layanan psikososial di titik-titik pengungsian lain yang belum terjangkau. Hal ini intens dilakukan pada saat tanggap darurat, transisi darurat sampai masa pemulihan," kata Harry.
Hingga Minggu (22/4) atau hari kelima Tanggap Darurat Bencana Alam Gempa Bumi di Kecamatan Kalibening, masih terjadi gempa tektonik susulan hingga pukul 21.00 WIB sebanyak tiga kali.
Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa susulan pertama terjadi pada Sabtu (21/4) pukul 04.53 WIB dengan kekuatan 2,1 SR, disusul gempa berikutnya pada 07.57 WIB dengan kekuatan 2,1 SR. Gempa susulan ketiga terjadi pada pukul 18.09 WIB dengan kekuatan gempa 3,4 SR.
"Gempa susulan pertama, kedua dan ketiga mengakibatkan kepanikan dan ketakutan sehingga masyarakat di Kalibening berhamburan keluar dari rumah menuju titik aman," kata Harry.
Gempa susulan ketiga juga mengakibatkan korban luka. Berdasarkan hasil pendataan tim Tagana, tercatat korban luka ringan akibat gempa sebanyak tujuh warga di lima desa, yaitu Sidakangen, Kebakalan, Kertosari, Kasinoman, dan Plorengan.
Walaupun tidak ada kerusakan rumah, tetapi gempa menimbulkan kekhawatiran warga yang akhirnya bertahan di posko-posko pengungsian.
Gempa susulan ketiga menyebabkan kerusakan pada infrastruktur yaitu ambruknya talud di depan SDN 2 Kertosari sehingga mengakibatkan seperempat badan jalan desa tertutup pohon tumbang dan tanah longsor.
(pmg/sur)