Jakarta, CNN Indonesia -- Warga
Karimunjawa sempat iri dengan sorotan yang diterima Raja Empat saat mengalami musibah kerusakan
terumbu karang. Pasalnya, kerusakan serupa juga di alami wilayah Utara Jawa Tengah tersebut, tetapi minim kepedulian.
Yarhannudin alias Ambon, pegiat wisata yang lahir di Karimunjawa mengatakan kerusakan terumbu karang sudah mengkhawatirkan karena terjadi di banyak titik, bahkan banyak yang sudah mati.
Ia bercerita, ketika masih kecil, jenis terumbu karang di tanah kelahirannya tersebut amat beragam. Namun, kini satu persatu jenis terumbu tak lagi ditemukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada sejenis terumbu karang yang beruas-tuas, putih-hitam, itu saya tidak pernah melihat lagi. Dulu waktu saya masih kecil itu banyak sekali," kata Ambon kepada
CNNIndonesia.com.Menurut Ambon, ada beberapa faktor yang menyebabkan terumbu karang rusak, yakni penggunaan potas dan cantrang oleh nelayan setempat,
coral bleaching, dan kapal tongkang.
Dari ketiganya, kapal tongkang batu bara dinilai memberikan dampak terparah bagi terumbu karang.
"Di Indonor ada dua tongkang kembar itu, yang satu kayaknya rusak mesinnya. Jadi terbawa angin, naik ke terumbu karang. Dievakuasi. Ditarik di atas terumbu karang. Terus di Pulau Merica, kehajar juga. Yang terbaru itu di Gosong Saloka," terang Ambon.
Menurut peraturan, kapal tongkang memang tidak boleh memasuki kawasan taman nasional. Selain itu, pada dasarnya jalur lalu lintas tongkang juga tidak melewati Taman Nasional Karimunjawa.
Namun, kenyataannya warga sering menemukan tongkang batu bara terparkir di wilayah taman nasional. Jumlahnya tak hanya satuan atau belasan, melainkan puluhan.
Ambon bahkan menyebut, pernah ada 70 tongkang terparkir di kawasan Taman Nasional Karimun Jawa. Tongkang-tongkang itu biasanya menempuh perjalanan dari Jawa ke Kalimantan.
"Paling banyak 70 tongkang parkir. Kalau belasan biasa itu. Yang kasihan nelayan pulang melaut tengah malam bingung cari alurnya, dipenuhi dengan tongkang," ujar Ambon.
 Kerusakan terumbu karang di Taman Nasional Karimun Jawa. (Dok. Greenpeace Indonesia) |
Dia pun geram melihat keindahan alam sekaligus tempat dia dan warga mencari nafkah dirusak begitu saja oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Akhirnya Ambon mencoba melaporkan kerusakan terumbu karang ke pihak terkait. Namun, menurut Ambon, usahanya itu tidak membuahkan hasil.
"Saya sudah capek lapor. Pernah satu hari saya habiskan untuk laporan saja. Syahbandar kami datangi, lapor ke balai taman, satpolairut juga saya lapor. Kami tunggu 2-3 hari tidak ada respons," kata Ambon.
Di tengah penantian Ambon akan laporannya itu, kejadian 'pengrusakan' terumbu karang oleh kapal tongkang kembali terjadi. "Itu kami sudah tidak sanggup. Tidak sanggup mengecek lagi, capek laporan terus," ungkap dia.
Greenpeace Usir Kapal Tongkang Lelah karena tak kunjung mendapat tanggapan, Ambon yang tergabung dalam komunitas Alam Karimun (Akar) mengadu kepada organisasi peduli lingkungan Greenpeace.
Dari hasil penelitian yang dirilis Greenpeace pada Mei 2018, kerusakan terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa menunjukkan angka yang tinggi. Legon Bajak jadi lokasi terparah dan terdampak paling luas.
Dari area penelitian sepanjang 231 meter, sebanyak 47,23 persen karang ditemukan mati. Sisanya 51,87 persen adalah karang hidup berbagai bentuk lifeform dan 0,90 persen merupakan substrat pasir.
Di Pulau Tengah, dari luas area penelitian 100 meter, ditemukan 59,7 persen karang mati. Kerusakannya pun masih tergolong baru karena patahan karang masih bisa dilihat.
Sementara di Pulau Cilik, dari area penelitian sepanjang 50 meter, 22 persennya merupakan karang mati.
Masih dari laporan yang sama, jenis patahan karang yang paling banyak ditemukan adalah bongkahan masif dan submasif yang berbentuk seperti jahe. Ada juga terumbu karang yang hancur berkeping-keping karena tergilas tongkang batu bara.
Melihat kerusakan karang yang cukup parah, Greenpeace mencoba mengambil tindakan. Bersama kapal Rainbow Warrior yang sedang menjelajah nusantara, para aktivis Greenpeace melakukan aksi.
Pada Rabu (2/5), ketika kapal Greenpeace Rainbow Warrior tiba di perairan Taman Nasional Karimunjawa, ada satu tongkang batu bara yang terparkir di area taman nasional beserta kapal tunda
(tug boat). Melihat hal itu, aktivis Greenpeace yang ada di dalamnya langsung menyerbu tongkang tersebut, setelah sebelumnya memberikan peringatan kepada
tug boat bahwa yang mereka lakukan itu salah.
"Kahar 5 (nama
tug boat), Anda berada di kawasan konservasi Taman Nasional Karimunjawa yang terlarang untuk dilewati. Kapal-kapal tongkang batu bara telah membuat kerusakan di Karimun Jawa dan kami meminta Anda untuk keluar dari kawasan konservasi," kata Didit Haryo Juru Kampanye Perubahan Iklim Greenpeace Indonesia melalui komunikasi radio dengan kapal tunda tongkang batu bara Safinatur Rozzaq 09.
Menggunakan enam perahu karet, para aktivis menyerbu tongkang batu bara tersebut dan mengecat lambung kapal dengan cat ramah lingkungan. Mereka menuliskan beberapa pesan seperti
Coral Not Coal, #BreakFreeFromCoal, dan
Coal Kills.
Tidak ada perlawanan dari para pekerja yang berada di tongkang maupun kapal tunda. Setelah aktivis Greenpeace membangun komunikasi dengan para kru, akhirnya mereka sepakat untuk meninggalkan taman nasional sesegera mungkin.
"Mereka mengaku mengalami kerusakan mesin, tapi ternyata kapal tundanya bisa bergerak. Setelah itu mereka mengaku mengalami kekurangan logistik," kata Didit.
Menjaga BersamaBersamaan dengan aksi para aktivis mengusir tongkang di Karimunjawa, aktivis Greenpeace lainnya mendatangi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
KLHK mengaku akan menindaklanjuti laporan tersebut dan melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk menghentikan kerusakan terumbu larang yang disebabkan oleh lalu lintas tongkang di kawasan tersebut.
"Kami sudah menghubungi Kepala Balai Taman Nasional langsung untuk segera mengeluarkan atau mengusir kapal-kapal yang tidak seharusnya berada di taman nasional," kata Humas KLHK Djati Witjaksono, Rabu (2/5).
Pihaknya juga akan menindaklanjuti laporan kerusakan terumbu karang ke bagian penegakan hukum untuk segera diproses.
Di sisi lain, Didit mengatakan untuk ke depannya Greenpeace akan bekerja sama dengan masyarakat terutama dengan komunitas Alam Karimun (Akar) guna menjaga kawasan Taman Nasional Karimunjawa dari kerjadian serupa.
Mereka juga akan menempatkan kamera pengawas di beberapa titik untuk memantau keberadaan kapal tongkang yang memasuki kawasan Taman Nasional Karimunjawa.
[Gambas:Video CNN] (agi)