Pengaruh Aman Abdurrahman dan Jaringan JAD di Mako Brimob

Patricia Diah Ayu Saraswati | CNN Indonesia
Kamis, 10 Mei 2018 11:05 WIB
Drama 36 jam penyanderaan di Mako Brimob telah berakhir tanpa negosiasi. Ratusan tahanan teroris keluar satu-persatu menyerah tanpa syarat.
Aman Abdurrahman punya pengaruh kuat terhadap para napi kasus teroris. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lima anggota polisi dan satu narapidana teroris tewas dalam bentrokan di Rutan Mako Brimob, Depok, Selasa (8/5) malam. Kerusuhan berujung penyanderaan seorang anggota polisi oleh napi teroris.

Upaya negosiasi sempat ditempuh kepolisian. Para tahanan kemudian dikabarkan menuntut dipertemukan dengan Aman Abdurrahman, dalang kasus bom Thamrin.

Aman, yang tengah menjalani sidang kasus bom Thamrin di pengadilan, disebut sebagai kunci menyelesaikan insiden di Mako Brimob tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan narapidana terorisme Ali Fauzi mengamini pengaruh Aman memang kuat, terutama di kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Aman, kata Ali, merupakan seorang imam atau amir yang perkataannya akan diikuti oleh para pengikutnya.

Tuntutan para napi bertemu Aman diyakini untuk meminta arahan atau petunjuk, sekaligus memberi kepastian soal keamanan para napi.

"Banyak didengar, perkataannya diikuti, perintahya ditaati," kata Ali berbincang lewat sambungan telepon kepada CNNIndonesia.com, Rabu (9/5).

Ali menjelaskan kelompok atau jaringan terorisme terus berkembang dan mengalami perubahan di Indonesia. Dari tahun 2000-2010, Indonesia lebih didominasi oleh jaringan dari Jamaah Islamiyah (JI), yang awalnya adalah pendukung kelompok teroris Santoso di Poso.

"Belakangan ISIS muncul, lalu muncul kelompok baru JAD yang kemudian berafiliasi dengan ISIS yang kita paham Aman sebagai mentor, sebagai ideolog di kelompok ini," tuturnya.
Pengaruh Aman Abdurrahman dan Jaringan JAD di Mako BrimobAman Abdurrahman saat menjalani persidanga kasus bom Thamrin di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Target atau sasaran dari jaringan terorisme di Indonesia pun mengalami perubahan.

Kurun 2000-2009, kata Ali, target dari jaringan terorisme ini lebih banyak diarahkan kepada simbol-simbol Barat, orang-orang bule, kantor kedutaan besar, dan sebagainya.

Memasuki 2010, target berubah menjadi lingkup nasional, yakni para polisi. Ali menyebut perubahan target itu terjadi ketika jaringan JI mulai meredup dan munculnya jaringan JAD.

Menurut Ali, target terhadap polisi tersebut didasari pada pemahaman ideologi yang dianut oleh anggota JAD.

"Terkait bagaimana kemudian hukum membunuh polisi, hukum memerangi NKRI," ujar Ali.

"Karena banyak polisi yang membunuh kawan-kawan mereka, menangkapi," imbuhnya.

Ali menganggap kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob didasari oleh empati dan simpati terhadap teman-teman mereka yang dianggap telah dizalimi, salah satunya Aman.

Sebab menurut Ali, selain faktor ideologi, akar terorisme lainnya adalah faktor persahabatan atau pertemanan.

Ali pun menganggap kerusuhan Mako Brimob didasari pada pemahaman bahwa membunuh seorang polisi merupakan sebuah prestasi karena merupakan jihad yang tertinggi.

Drama 36 jam kerusuhan yang berujung penyanderaan telah berakhir. Polisi belakangan menepis istilah negosiasi. "Perlu ditekankan, ini upaya penanggulanan," ujar Wakapolri Komjen Syarifudin.

Upaya penanggulangan itu ditandai dengan meletusnya suara ledakan dan rentetan tembakan di Mako Brimob sekitar pukul 07.15 WIB, Kamis pagi. Polri menyebutnya ledakan tersebut bagian dari sterilisasi.

Total 156 tahanan diklaim menyerah tanpa syarat.
Pengaruh Aman Abdurrahman dan Jaringan JAD di Mako BrimobAparat kepolisian menjaga ketat Mako Brimob. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Pemerhati terorisme sekaligus pemilik situs Arrahmah.com, Muhammad Jibriel Abdul Rahman mengatakan, dari informasi yang ia peroleh, orang-orang yang terlibat dalam kerusuhan di Mako Brimob merupakan orang yang juga terlibat kasus bom Thamrin.

"Anak-anak Thamrin yang sedang di situ, lalu mereka melakukan penyergapan, dan lain-lain. Walaupun berita-berita di luar karena makanan saya pikir tidak masuk akal," ujarnya.

Jibriel yang pernah terlibat dalam kasus bom JW Marriot, menuturkan anak-anak Thamrin tersebut diindikasi punya dendam kepada aparat kepolisian akibat peristiwa bom Thamrin 2016 yang menurut mereka disetting oleh polisi.

Jijbriel meyakini insiden kerusuhan tersebut sudah direncanakan. Kendati demikian, dia tak mengetahui detail soal rencana tersebut.

Jibriel juga memastikan adanya keterlibatan ISIS dalam insiden kerusuhan tersebut. ISIS pun juga telah mengklaim terlibat dalam kerusuhan pada Selasa malam itu.

"Di situ kan ada 130 orang, yang non ISIS hanya tiga orang, yang lain ISIS semua," ujarnya.

Polisi telah membantah keterlibatan ISIS. Jibriel mempertanyakan bantahan itu.

Jibriel meminta kepolisian transparan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi dalam kerusuhan di Mako Brimob tersebut.
Pengaruh Aman Abdurrahman dan Jaringan JAD di Mako BrimobSuasana malam saat kerusuhan di Mako Brimob. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Polri telah menegaskan kejadian di Mako Brimob dipicu masalah sepele. Napi berontak karena dipicu oleh urusan makanan.

Tahanan berontak dan berhasil menguasi stok persenjataan hasil sitaan di ruang penyidik karena belum sempat diletakkan di gudang senjata.

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengatakan aparat kepolisian setelah melewati masa alot berkesimpulan untuk memberikan ultimatum sebagai bentuk penanggulangan rusuh di Mako Brimob.

Polisi menyiapkan skenario penyerbuan jika para napi tak menyerah hingga fajar merekah.

"Sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku secara universal, aparat keamanan telah memberikan ultimatum kepada mereka 'menyerah atau menghadapi risiko serbuan' dengan batasan waktu tertentu," kata Wiranto.

Penyerbuan batal dilakukan. Para tahanan teroris keluar satu persatu menyerah tanpa syarat di Mako Brimob.
(gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER