20 TAHUN REFORMASI

Drama Tanpa Kata 'Ayah-Anak' ala Soeharto dan Habibie

Feri Agus | CNN Indonesia
Senin, 21 Mei 2018 09:35 WIB
Mantan Presiden Soeharto tak bertegur sapa kepada BJ Habibie menjelang pengumuman dirinya turun dari Presiden. Dia tersinggung ucapan Habibie tak ikut mundur.
Soeharto (kiri) dan BJ Habibie (kanan). Soeharto menganggap Habibie berkhianat karena bersedia menggantikan dirinya sebagai Presiden RI. (REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie bergegas memasuki kediaman Presiden Soeharto, di Jalan Cendana, Jakarta pada 20 Mei 1998, pukul 19.30 WIB. Saat itu, ia melihat Soeharto tengah bertemu mantan Wakil Presiden Sudharmono.

Tak lama kemudian, Habibie dipersilakan masuk ke ruang kerja. Dalam pertemuan empat mata itu, Habibie diajak membicarakan ide Soeharto, yakni membentuk Kabinet Reformasi.

Soeharto, dalam buku biografi Soeharto, The Life and Legacy of Indonesia's Second President menganggap Habibie seperti anaknya sendiri itu, memaparkan rencananya; Kabinet Reformasi akan diumumkan 21 Mei, dan dilantik keesokan harinya. Sempat terjadi diskusi alot antara Habibie dengan Soeharto terkait nama-nama dalam Kabinet Reformasi.

Tak menemui titik terang, Habibie menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Soeharto. Sejurus kemudian Soeharto memanggil Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursyid untuk membuat Keputusan Presiden (Keppres) mengenai susunan kabinet baru.

Tak hanya kabinet, Soeharto juga menyampaikan rencananya untuk mengundang pimpinan DPR/MPR ke Istana Merdeka pada 23 Mei. Paca acara itulah ia akan mengutarakan niatnya untuk berhenti sebagai Presiden.

Pernyataan itu sontak membuat Habibie bingung. Pasalnya, Soeharto tak menyampaikan alasan untuk mengakhiri tugasnya itu. Selain itu, Soeharto juga tak menyinggung mengenai posisi Wakil Presiden setelah dirinya mundur.

Pernyataan penuh misteri itu memunculkan tanda tanya di benak Habibie. Lantas Habibie memberanikan diri bertanya. "Pak Harto posisi saya sebagai Wakil Presiden bagaimana?" kata Habibie dalam bukunya Detik-Detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi.

"Terserah nanti. Bisa hari Sabtu, hari Senin, atau sebulan kemudian, Habibie akan melanjutkan tugas sebagai Presiden," jawab Soeharto.

Soeharto sempat bertemu dengan BJ Habibie sehari sebelum mengundurkan diri. Namun setelah itu hubungan keduanya retak. Soeharto sempat bertemu dengan BJ Habibie sehari sebelum mengundurkan diri. Namun setelah itu hubungan keduanya retak. (REUTERS)
Melihat suasana pembicaraan yang tak mengenakkan itu, Habibie kemudian mengalihkan pembicaraan terkait rencana pengunduran diri 14 menterinya. Soeharto mengaku sudah mengetahui kabar itu dari putri sulungnya, Siti Hardianti Rukmana alias Mbak Tutut.

Namun, ia belum membaca suratnya. Soeharto kemudian memeluk Habibie dan menyampaikan pesan agar Habibie sabar dan melaksanakan tugas sebaik-baiknya.

"Laksanakan tugasmu dan waktu tidak banyak lagi," tutur Soeharto kepada Habibie.

Menurut eks staf ahli Sekretariat Negara Yusril Ihza Mahendra, ada satu momen yang membuat Soeharto akan terdiam hampir selamanya kepada Habibie. Hal itu sudah ia konfirmasi langsung kepada Habibie di kemudian hari.

"Saya ditanya Pak Harto. 'Saudara Habibie, kalau saya ini mundur, apa saudara siap dan mampu untuk meneruskan [jabatan saya sebagai Presiden]?' langsung saya jawab, 'Ya, saya sebagai Wakil Presiden tentu saya siap untuk menjadi Presiden'," ujar Yusril, menirukan pengakuan Habibie soal percakapannya dengan Soeharto.

Yusril menyebut hal itu menjadi muasal rasa tersinggung Soeharto.

Dia maklum dengan pembawaan Habibie yang lebih lugas sebagai orang Sulawesi. Mungkin, kata dia, Soeharto sebagai orang Jawa menghendaki jawaban yang berbeda. Misalnya, ikut mundur dari posisi Wakil Presiden.

"Itu kayaknya ya, belakangan Pak Harto agak tersinggung dengan ucapan itu," ucap dia.

BJ Habibie ketika disumpah untuk menggantikan Soeharto sebagai Presiden RI. BJ Habibie ketika disumpah untuk menggantikan Soeharto sebagai Presiden RI. (REUTERS)
Rapat Kabinet Ad Hoc

Sekitar 2,5 jam usai pertemuan empat mata dengan Soeharto, Habibie menggelar rapat kabinet, di kediamannya, di kawasan Patra Kuningan pada pukul 22.00 WIB.

Saat itu, ia memanggil empat menteri koordinator pada Kabinet Pembangunan VII dan semua menteri di bawah Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri.

Ia kemudian menyampaikan kabar soal pembentukan Kabinet Reformasi hasil pertemuannya dengan Presiden Soeharto itu dan meminta 14 menteri yang akan mengundurkan diri membatalkan niatnya.

Rapat kabinet itu kemudian menyepakati beberapa hal. Di antaranya, Kabinet Reformasi diterima sebagai kenyataan, menyetujui Keputusan Presiden yang ditandatangani Soeharto, dan pelantikannya dilaksanakan oleh Habibie.

Habibie kemudian berencana melaporkan hasil sidang terbatas itu kepada Soeharto. Namun, Soeharto tak berkenan bicara dengan 'muridnya' itu. Habibie hanya bisa bicara dengan Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursyid.

Dalam sambungan telepon itu, Saadilah menyampaikan kepada Habibie terkait rencana Soeharto berhenti, pada 21 Mei sekitar pukul 10.00, di Istana Merdeka.

"Saya sangat terkejut dan meminta agar segera dapat berbicara dengan Pak Harto. Permintaan tersebut tidak dapat dikabulkan, dan ajudan presiden menyatakan akan diusahakan pertemuan empat mata dengan Pak Harto di Cendana besok pagi [Kamis, 21 Mei] sebelum ke Istana Merdeka," tutur Habibie.

Di tengah kabar rencana pengunduran diri Soeharto, keadaan di Jakarta masih 'panas'. Gelombang aksi demonstrasi sudah tak terbendung.

Ribuan mahasiswa dari berbagai kampus yang ada di wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Tangerang sudah menduduki gedung DPR/MPR sejak 18 Mei 1998. Sementara kawasan Istana Negara sudah diblokade sebelum masuk Jalan Medan Merdeka.

BJ Habibie (kiri) ketika disumpah di hadapan MPR menjadi Wakil Presiden RI menggantikan Try Sutrisno. BJ Habibie (kiri) ketika disumpah di hadapan MPR menjadi Wakil Presiden RI menggantikan Try Sutrisno. (REUTERS)
Soeharto Tak Acuhkan Habibie

Mendapat kabar tentang rencana pengunduran diri Soeharto, Habibie tak bisa tidur hingga Kamis pukul 04.00 WIB. Pukul 06.45 WIB, Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab) Jenderal Wiranto menyambangi kediaman Habibie untuk menyampaikan perkembangan di lapangan.

Setelah menerima dan memberikan arahan kepada Wiranto, Habibie bersiap menuju Cendana, berharap bisa bertemu empat mata dengan Soeharto dan mendapat penjelasan mengenai pengunduran diri mantan Pangkostrad itu.

Namun, Habibie mendapat kabar bahwa Soeharto belum berkenan menerimanya dan dirinya diminta langsung menuju ke Istana Merdeka.

Ketika itu, Habibie didampingi Letnan Jenderal Sintong Panjaitan, Ahmad Watik Pratiknya, Fuadi Rasyid, dan Jimly Asshiddiqie langsung bertolak ke Istana sekitar pukul 08.30 WIB. Setibanya di Istana, Habibie langsung diminta menunggu di kamar tamu yang berhadapan dengan Ruang Jepara, tempat Soeharto.

Tak lama kemudian, Ketua Mahkamah Agung (MA) Sarwata dan para anggota MA tiba di kamar Habibie menunggu. Rombongan pimpinan DPR/MPR menyusul masuk ke dalam ruangan yang sama. Habibie sempat bertanya mengenai proses mundurnya Soeharto. Menurut Sarwata dan Harmoko, proses pengalihan kekuasaan tersebut sah dan sesuai UUD 1945.

Tiba-tiba, protokol dan ajudan pribadi Presiden meminta Ketua dan para Hakim MA masuk ke Ruang Jepara. Habibie sempat meminta waktu untuk bertemu dengan Soeharto, namun tak dipersilakan. Bukan Habibie yang kemudian dipersilakan masuk oleh ajudan pribadi presiden, melainkan para pimpinan DPR/MPR. Kejadian tersebut semakin membuat Habibie gusar.

Soeharto terus mengacuhkan BJ Habibie bahkan hingga ia tutup usia.Soeharto terus mendiamkan BJ Habibie bahkan hingga ia tutup usia.(Dok. Istimewa)
Ia lantas memberanikan diri untuk langsung masuk ke Ruang Jepara agar bisa berbincang dengan Soeharto. Namun, saat berada di depan pintu Ruang Jepara, pintu tiba-tiba terbuka dan protokoler menyampaikan bahwa Presiden memasuki ruang upacara.

"Saya tercengang melihat Pak Harto, melewati saya dan terus melangkah ke ruang upacara dan 'melecehkan' keberadaan saya di depan semua yang hadir," ujar Habibie.

"Betapa sedih dan perih perasaan saya ketika itu. Saya melangkah mendampingi Presiden Soeharto, manusia yang saya hormati, cintai, dan kagumi yang ternyata menganggap saya tidak ada," imbuhnya.

Drama tersebut tak menghalangi pembacaan pernyataan pengunduran diri Soeharto. Ruang upacara itu sudah dipenuhi tamu undangan serta wartawan dalam dan luar negeri.

Habibie mengambil tempat yang telah ditentukan, sementara Soeharto juga berdiri di tempat yang sudah diatur sembari membaca pernyataan berhenti dari jabatan Presiden.

".... Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI terhitung sejak dibacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," kata Soeharto. Selepas itu Habibie langsung diambil sumpahnya sebagai presiden ke-3 RI.

Setelah itu, Soeharto dengan dingin meninggalkan Habibie tanpa kata. Hal yang akan terulang hingga Soeharto meninggal dunia.

"Semua berlangsung cepat dan lancar. Pak Harto memberi salam kepada semua yang hadir termasuk saya. Tanpa senyum maupun sepatah kata," kata Habibie. (arh/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER