Surabaya, CNN Indonesia -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta warganya tak terlalu larut dalam duka dan amarah pascarentetan
teror bom bunuh diri pekan lalu. Sebaliknya, perempuan yang dikenal dengan sapaan Risma itu meminta warga kota Pahlawan untuk makin menguatkan rasa persatuan dan kesatuan antarsesama dan umat beragama.
"Tidak boleh menyerah. Usaha dan niat baik yang sudah lama kita pupuk jangan sampai dirusak oleh orang-orang yang ingin memecah belah kerukunan sesama manusia. Kita harus bekerjasama dan berinteraksi antar masyarakat," ujar Risma saat memimpin upacara Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Halaman Taman Surya, Surabaya, Senin (21/5).
 Tri Rismaharini. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono) |
Risma pun meminta seluruh warganya menganut filosofi 'lidi' yang mudah dipatahkan saat sendirian, namun kuat ketika bersatu. Wali Kota perempuan pertama di Surabaya juga mengingatkan kepada seluruh warga, terutama generasi muda, agar cerdas kala mengakses media sosial utamanya hasutan yang membuat orang atau kelompok bertikai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Risma mengimbau para pelajar pendidikan menengah agar dapat menasihati teman-temannya yang sudah terjerumus dengan hal-hal negatif saat mengakses media sosial.
"Pegang erat tali persahabatan kalian. Ingat, sejarah kita bukan sekedar pemberian tetapi dengan perjuangan. Harus bisa pertahankan itu semua," ujar Risma.
Dalam peringatan Harkitnas tersebut, Risma memberikan penghormatan berupa bantuan sosial dan piagam kepada keluarga korban bom, Alosyius Bayu, yang wafat saat mengadang motor pelaku teror bom masuk ke
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya, Minggu (13/5). Akibat aksi satria Bayu, perbuatan pelaku tak memakan korban lebih banyak andai berhasil menerobos ke dalam gereja tersebut.
Istri dari Bayu, Monic Dewi Andini, usai menerima piagam dari Risma menyatakan perbuatan suaminya menjadi penyemangat baru bagi ia dan keluarganya.
"Bersatu kembali dan tidak perlu lama bersedih. Mari bersama-sama bangkit untuk memajukan Kota Surabaya dan Indonesia," kata dia.
Untuk penanggulangan selanjutnya pasca bom, Risma menyatakan dirinya terus berkoordinasi dengan jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) dan melakukan tindakan langsung di lapangan seperti menerjunkan tim psikolog yang saat ini sedang memantau anak-anak sekolah SD/SMP yang baru pertama masuk sekolah khususnya mengecek kondisi anak-anak yang mengalami trauma dan terdampak pascarentetan
teror bom.
"Nanti sore ada evaluasi lalu kita bentuk tim dengan menggandeng seluruh lapisan masyarakat karena ini ancaman bersama bukan tanggung jawab kepolisian saja tapi semua masyarakat," tuturnya.
Rentetan teror bom bunuh diri di Surabaya terjadi pada Minggu (13/5) dilakukan satu keluarga di tiga gereja secara terpisah di Surabaya. Kemudian, pada malam harinya, ada ledakan bom 'senjata makan tuan' di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo yang juga melibatkan satu keluarga. Dan, pada Senin (14/5) pagi giliran Mapolrestabes Surabaya diteror bom bunuh diri yang dibawa satu keluarga.
(dik/kid)