Jakarta, CNN Indonesia -- Terletak di ujung Timur Indonesia, Papua menjadi daerah yang tak bersahabat untuk urusan biaya penerbangan.
Tetapi mudik saat lebaran adalah momen menuntaskan kerinduan kepada keluarga dan orang-orang tercinta. Pada titik ini, tingginya harga tiket pesawat tak lagi menjadi perkara bagi para perantau di Tanah Papua.
Masyarakat perantauan di tanah Papua, terutama yang berasal dari Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Pulau Jawa sebenarnya punya pilihan alternatif untuk mudik ke kampung halamannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka, para perantau di Tanah Papua bisa mudik menggunakan transportasi laut yang tiketnya relatif lebih murah. Tetapi waktu tempuh yang panjang membuat pilihan naik pesawat tetap menjadi primadona para perantau.
"Merayakan tradisi Lebaran bersama keluarga di kampung halaman telah menjadi sebuah kebiasaan tahunan dan telah masuk program rutin warga perantauan meski harus naik pesawat dengan mengeluarkan biaya sangat mahal," ungkap Suwarno warga perantauan yang berangkat mudik, Kamis (14/6).
Menggunakan angkutan udara, lanjut Suwarno, biaya yang dikeluarkan pemudik perantauan bisa mencapai jutaan rupiah sekali jalan. Untuk tiket pulang-pergi, harga bisa bertambah hingga mencapai belasan juta rupiah untuk satu orang.
Kampung Suwarno terletak di Jawa. Jika mudik menggunakan kapal laut, Suwarno mengatakan bisa menempuh waktu 6 hingga 7 hari untuk sampai ke kampung halamannya. Sebaliknya, dengan pesawat, Suwarno bisa melipat waktu tempuh menjadi hitungan jam saja.
"Alternatif paling diminati pemudik ke Pulau Jawa sangat dominan menggunakan pesawat udara sebagai kebutuhan walaupun dana yang dikeluarkan untuk membeli tiket sangat mahal dibanding dengan menggunakan kapal laut," katanya.
Pemudik lain, Mansur mengakui tradisi mudik lebaran bagi warga perantauan setiap tahun terganjal besarnya kenaikan harga tiket angkutan pesawat udara.
"Tetapi tingginya harga tiket pesawat udara tidak mengurangi minat warga perantauan untuk melaksanakan tradisi mudik berlebaran," katanya.
Dia mencontohkan harga tiket pesawat tujuan Biak Makassar. Menjelang hari raya, harganya melonjak 100 persen mencapai sekitar Rp2,5 juta dibandingkan dengan hari biasa sebesar Rp1,3 juta hingga Rp1,6 juta/penumpang.
Sedangkan harga tiket pesawat udara tujuan Biak-Jakarta mencapai Rp8,7 jutaan per penumpang dibanding hari biasanya sekitar Rp2,2 juta/penumpang.
Untuk mengatasi tingginya tarif tersebut, Mansur mengatakan orang-orang perantauan wajib memiliki persiapan finansial.
General Manager PT Angkasa Pura 1 (Persero) Bandara Frans Kaisiepo, Djon Herry mengatakan bandara internasional itu merupakan bandar udara tempat pilihan mudik Lebaran bagi warga perantauan di wilayah Papua dan Papua Barat.
Setiap hari selama arus mudik Lebaran, kata Djon, penumpang pesawat udara di Bandara Frans Kaisiepo mencapai 500 penumpang. Mereka tiba dan berangkat dengan diangkut dua penyedia jasa penerbangan Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air.
Tujuan mudik penumpang pesawat udara dari Bandara Frans Kaisiepo, lanjutnya, terbanyak ke Makassar, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta serta beberapa daerah lain di Pulau Sumatera.
"Penggunaan angkutan pesawat udara bagi pemudik warga perantauan pulang ke kampung halaman sudah sebuah pilihan, ya meski harga tiket saat ini sangat mahal," ungkapnya.
Djon menambahkan untuk memberikan layanan penumpang pesawat udara selama arus mudik, pihak manajemen PT Angkasa Pura 1 Biak telah menyediakan fasilitas posko terpadu angkutan mudik 1 Syawal 1439 Hijriah.
Sebagai otoritas pengelola Bandara Internasional Frans Kaisiepo Biak, menurut Djon, pihaknya akan menyiagakan posko 24 jam guna memberikan pelayanan jelang lebaran.
"Setiap hari posko angkutan mudik terpadu akan melayani kebutuhan para penumpang. Ya, jika penumpang menemukan ketidakpuasan terhadap layanan penerbangan di Bandara Frans Kaisiepo dapat dilaporkan ke posko terpadu," imbuhya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Biak Francisco Olla mengingatkan pengelola jasa angkutan umum seperti pesawat udara, kapal dan bus angkutan perdesaan yang beroperasi di Kabupaten Biak Numfor meningkatkan layanan angkutan mudik guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Peningkatan kualitas layanan arus mudik di area pelabuhan, bandar udara dan terminal harus memenuhi standar operasional prosedur. Ya ini agenda tahunan hari besar keagamaan Lebaran telah berlaku secara nasional di seluruh kabupaten/kota di Indonesia," tutur Olla.
Untuk layanan angkutan mudik menggunakan pesawat udara, lanjut Francisco, setiap hari dilayani dua penerbangan yakni Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air dengan waktu keberangkatan satu kali penerbangan setiap hari melalui Bandara Frans Kaisiepo.
Kapal LautSedangkan untuk layanan mudik menggunakan kapal laut, PT Pelni Biak menyiapkan empat layanan angkutan yakni KM Tidar, KM Dobonsolo, KM Ciremai serta KM Sinabung yang beroperasi setiap dua minggu sekali dari Pelabuhan Biak.
PT Pelni melayani rute tujuan Biak-Manokwari-Sorong-Fakfak, Ternate, Dobo, Bitung, Baubau, Makassar-Surabaya dan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Sementara untuk angkutan kapal perintis dari PT ASDP Indonesia Fery melayani tujuan Biak-Pulau Numfor, Biak-Waropen-Serui dan Nabire.
Menyinggung soal penambahan penerbangan ekstra, menurut Olla, hingga saat ini belum ada informasi dari pihak penerbangan maupun PT Angkasa Pura 1.
"Sampai sekarang layanan arus mudik angkutan dengan pesawat udara dan kapal laut masih berjalan normal sesuai dengan jadwal keberangkatan," kata Olla.
(wis/asa)