Jakarta, CNN Indonesia -- "Rumput botak begini karena habis diinjak pengunjung dan pedagang," kata Rainan, petugas kebersihan di Taman Kalijodo kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (24/7).
Jam menunjukkan pukul 13.00 WIB, sinar matahari menyengat di Taman yang terletak di Jalan Kepanduan II, Kelurahan Pejagalan Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara itu. Pohon yang ditanam di sekitar Area tak kuasa melindungi taman dari sengatan matahari.
"Memang sejak dibangun sudah gersang seperti ini," kata Rainan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak diresmikan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, kondisi Taman Kalijodo berubah drastis. Taman itu terlihat tak terurus.
Rumput terlihat kering dan tercerabut dari tanah. Sejumlah pohon masih disangga dengan kayu agar tetap berdiri tegak.
Monica (17), seorang pengunjung yang sering mampir di Taman Kalijodo mengaku perubahan di Kalijodo. Kata dia, kurang cantik dan terkesan gersang.
Padahal, menurutnya, saat dia berkunjung pertama kali ke taman ini setahun silam, kondisinya masih cantik.
"Baru-baru aja kelihatan seperti ini," kata Monica.
 Kondisi tempat luncur skateboard. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Tak hanya rumput, sejumlah fasilitas yang terdapat di taman tersebut juga terlihat tak terurus.
Pantauan
CNNIndonesia.com, Pos peristirahatan yang tersebar di sepanjang taman terlihat kusam dan kotor. Cat putih di dinding pos tersebut mulai memudar. Demikian juga dengan Pull up bar.
Warna-warni cat yang menyelimuti besi sebagian terkelupas. Pemandangan ini bisa ditemukan di setiap pull up bar yang ada.
Tong-tong sampah juga minim. Bingkai besi yang diperuntukkan untuk meletakkan tempat sampah pun banyak yang kosong, hanya ada tong sampah berukuran kecil dan jumlahnya pun sangat terbatas.
Kendati demikian, di beberapa sudut masih tampak tanaman rambat yang segar, bahkan berbunga. Meski sedikit, tanaman rambat ini sedikit menetralkan pemandangan gersang yang dominan di Taman Kalijodo.
 Taman Kalijodo. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Rainan menilai Taman Kalijodo memang sudah gersang sejak lama. Soal rumput yang mati di sana-sini, Rainan menyebut hal itu disebabkan oleh ulah pengunjung dan pedagang.
Katanya, pada akhir pekan, jumlah pengunjung bisa membeludak sehingga rumput terinjak-injak.
Minimnya jumlah tempat sampah, kata Rainan, menjadi masalah kala jumlah pengunjung membeludak seperti pada akhir pekan.
Dia dan kawan-kawannya harus ekstra kerja keras memungut sampah karena pengunjung membuang sampah sembarangan.
"Kurang banget sekarang ini tempat sampahnya padahal dulu waktu baru dibuka komplit semua," keluh Rainan.
Kendati demikian, Rainan tak terima ketika ada yang menyebut taman ini kurang terurus. Ia menyebut setiap hari petugas kebersihan terus menyirami tanaman yang ada di seluruh taman.
Kepala pengelola dan keamanan Kalijodo Jamaluddin mengakui masalah-masalah di Kalijodo. Namun ia membela diri bahwa pengelola sudah berusaha sekuat tenaga merawat taman.
Hanya saja, ia menilai kemarau panjang dan perilaku pengunjung yang sulit diatur membuat taman tak lagi seelok dulu.
Pria yang akrab disapa Daeng Jamal itu menceritakan bahwa dari awal dibuka ada larangan menginjak rumput bagi pengunjung. Namun tak diindahkan. Para petugas menyerah untuk mengingatkan pengunjung.
"Kembali lagi ke kesadaran seluruh pengunjung. Itulah manusia punya sifat seenaknya saja, habis minum digeletakin saja bungkusnya," kata Jamal.
Terkait kurang terpeliharanya sejumlah fasilitas di Taman Kalijodo, Jamal mengkritik Dinas Kehutanan DKI Jakarta yang terkesan lamban merespons.
Padahal menurutnya sudah beberapa kali pihak Dinas Kehutanan datang ke taman dan melakukan survei.
 Petugas menyirami tanaman di Kalijodo. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
"Harusnya mereka bisa melihat apa yang jadi kekurangan di situ. Harusnya mereka lebih sigap. Jangan sampai dikomplain karena kamu tidak laksanakan perbaikan sementara anggarannya ada," cetusnya.
Kondisi Kalijodo menjadi sorotan pemerintah DKI Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyebut rumitnya birokrasi di Pemprov DKI terdahulu membuat pihak yang bertanggungjawab dalam merawat kebersihan dan kerapian RPTRA Kalijodo menjadi tak jelas.
"Saya bilang dulu itu RPTRA Kalijodo dibangun oleh swasta, dunia usaha, digunakan oleh masyarakat, dan dikelola oleh pemerintah. Tidak nyambung sama sekali karena yang bangun tidak ada berkelanjutannya, tidak ada
suistanable," ucap Sandi
Sandi menyebut ada tumpang tindih tanggung jawab pengelolaan Kalijodo. Aset tanah dimiliki oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), bukan Pemprov DKI.
Lalu pengelolaan ruang terbuka hijau ditangani Dinas Kehutanan DKI. Perawatan dilakukan Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) alias padukan oranye.
Sementara masalah listrik dikelola Kecamatan Tambora. Lalu mesin parkir dikelola Dinas Perhubungan.
"Ini RPTRA satu-satunya tidak di bawah kelurahan, jadi koordinasinya memang kurang. Karena luas area yang besar, pemeliharaan dan operasinya ditanggung masing-masing suku dinas terkait," ucapnya.
(ugo/gil)