Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Suku Mause Ane di pedalaman hutan Seram, Gunung Morkele, Kabupaten Maluku Tengah yang meninggal akibat
kelaparan bertambah. Sampai saat ini tercatat sudah empat anggota suku itu meninggal akibat krisis pangan terjadi sejak awal Juli 2018.
"Warga meninggal bernama Lusirue (50) pada 26 Juli 2018, menyusul balita Asoka berusia dua bulan, Aiyoma (empat bulan) dan Laupia (60)," ujar Kepala Dinas Sosial Maluku, Sartono Pinning, sebagaimana dilansir
Antara, Sabtu (28/7).
Sartono menyatakan fakta itu diketahui berdasarkan laporan tim terpadu yang dikerahkan ke lokasi sejak 25 Juli lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sartono saat ini tim medis terpadu sedang menangani ratusan jiwa anggota Suku Mausu Ane yang kelaparan, karena tanaman mereka diserang hama babi dan tikus. Diduga itu adalah dampak kebakaran hutan dan lahan pada periode Oktober - November 2015 Di kecamatan Seram Utara Timur Kobi dan Kecamatan Seram Utara Timur Seti.
"Tim kesehatan merawat warga yang sakit dan memeriksa kesehatan mereka lainnya agar tidak bertambah korban jiwa," katanya.
Mereka yang meninggal mendapatkan santunan masing-masing Rp15 juta per orang, dan diberikan kepada ahli waris.
Tim terpadu dari Kementerian Sosial (Kemensos), Dinas Sosial Maluku, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) Maluku, Dinas kesehatan, Kodam XVI/Pattimura, Polda Maluku dan Pemkab Maluku Tengah yang telah berada di lokasi menyatakan, korban meninggal karena kelaparan.
"Krisis pangan dialami sebanyak 45 Kepala Keluarga (KK) atau 170 jiwa warga di negeri Maneo Rendah, kecamatan Seram Utara Timur Kobi, kabupaten Maluku Tengah itu karena hama babi dan tikus menyerang tanaman mereka," ujarnya.
Dia mengemukakan, penanganan selanjutnya terhadap warga suku terasing tersebut tergantung hasil identifikasi tim terpadu di lapangan, termasuk masukan dari Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen TNI Suko Pranoto didampingi Danrem 151/Binaiya, Kolonel Inf Christian K. Tehuteru yang meninjau pada 26 Juli 2018.
"Pastinya Pemprov Maluku maupun Pemkab Maluku Tengah menginginkan mereka direlokasi, karena telah diprogramkan setelah kebakaran hutan Seram secara besar - besaran pada 2015 dan 2017," ujarnya.
Tempat tinggal Suku Mausu Ane berada di Dusun Maneo. Untuk menuju ke sana ditempuh selama tiga jam dengan kendaraan dari Wahai, atau delapan jam dari ibu kota Kabupaten Maluku Tengah, Masohi. Setelah itu harus dilanjutkan berjalan kaki selama delapan jam ke desa terdekat.
Lokasi titik kumpul terdekat menuju lokasi Suku Mausu Ane adalah di Kali Toahaku, dengan rute perjalanan dari Polsek Seram Utara melewati rumah singgah jalan dusun Soahari.
(antara)