ANALISIS

Pelican Crossing, Jembatan Jokowi Intip Manuver Anies

Martahan Sohuturon | CNN Indonesia
Jumat, 03 Agu 2018 18:43 WIB
Langkah Jokowi menjajal Pelican Crossing bersama Anies Baswedan dinilai sebagai langkah sang petahana dalam membaca manuver lawan potensial di Pilpres.
Presiden Joko Widodo bersama Menteri PUPeRa Basuki Hadimuljono dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mencoba Pelican Crossing di Bundaran HI, Jakarta, 3 Agustus 2018. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tampil mesra di hadapan publik pada Kamis (3/8) petang.

Pujian dilemparkan Jokowi kepada Anies atas keputusan merobohkan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Bundaran Hotel Indonesia dan menggantinya dengan penyeberangan jalan dengan bantuan Pedestrian Light Controlled Crossing (Pelican Crossing).

Hubungan kedua tokoh politik nasional ini memang kerap mendapatkan sorotan publik. Setelah Anies yang merupakan tim sukses Jokowi dalam Pilpres 2014 dipecat dari Menteri Pendidikan, ia kemudian menjadi calon gubernur DKI Jakarta dari kubu oposisi Jokowi, Gerindra.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Relasi antara keduanya disorot setelah video yang menampilkan langkah anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) melarang Anies mendampingi Jokowi menyerahkan Piala Presiden 2018 kepada Persija Jakarta, Februari silam.

Terakhir, hubungan itu kembali disorot setelah Jokowi menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2018 yang mengatur pejabat termasuk kepala daerah harus meminta izin kepada presiden andai ingin mencalonkan diri ikut Pilpres.

Soal hubungan Jokowi-Anies, pengamat politik dari Indo Riset, Bawono Kumoro, menilai langkah sang presiden mencoba pelican crossing di Bundaran HI merupakan bagian dari gerakan politik orang nomor satu di Indonesia itu jelang masa pendaftaran Pilpres 2019, 4 hingga 10 Agustus 2018.

Menurutnya, Jokowi ingin mengintip manuver dan potensi menjadi calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) yang oleh koalisi partai politik kubu Prabowo.

"Dari sisi komunikasi, Jokowi ingin punya kesempatan komunikasi dengan Anies, apalagi pulangnya mereka semobil. Dari sana Jokowi bisa menggali atau setidaknya membaca pergerakan Anies sepekan ke depan, apakah akan maju jadi capres atau cawapres," kata Bawono saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Jumat (3/8).

'Pelican Crossing', Jalan Jokowi Intip Manuver AniesAnies Baswedan (kiri) berjalan bersama Joko Widodo (kanan). (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Bawono berpendapat, langkah yang dilakukan Jokowi ini merupakan gaya khas orang yang berasal dari suku Jawa dalam membaca calon lawan. Setelah memilih menjadi 'lawan' sejak Pilkada DKI 2017, Anies memang digadang menjadi salah satu seteru potensial sang petahana dalam Pilpres 2019.

Ada dua kemungkinan langkah yang diduga mungkin diambil Anies yakni sebagai calon presiden atau calon wakil presiden.

"Jokowi dan kubunya cukup khawatir kalau yang maju Anies bukan Prabowo [Subianto, Ketua Umum Gerindra]," ucap Bawono.

Menurut Bawono, prestasi Anies yang berhasil mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 telah membuat Anies berada dalam posisi politik yang terbaik jelang Pilpres 2019.

Selain itu, menurutnya, Jokowi juga mengkhawatirkan kelompok-kelompok yang berada di belakang Anies seperti Alumni 212 dapat meningkatkan semakin elektabilitas Anies di Pilpres 2019.

"Meskipun di survei itu masih kecil, tapi jangan lupa Anies itu sedang dalam posisi enak sekali dalam politik. Bintang terang Anies sedang bagusnya," ujar dia.

Sementara itu, dia mengatakan peluang Anies untuk menjadi capres atau cawapres yang diusung partai politik koalisi Prabowo masih terbuka. Namun, itu pun tergantung dari bakal mitra koalisi Gerindra seperti PKS dan Demokrat.

PKS masih menginginkan kadernya menjadi cawapres, sementara Demokrat mendorong Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk mendampingi Prabowo.

"Peluang ada tapi seberapa legowo PKS dan Demokrat menerima hal tersebut," tuturnya.


Lebih jauh, Bawono juga tidak menutup kemungkinan bahwa langkah Jokowi mencoba Pelican Crossing merupakan bagian dari upaya untuk menarik Anies menjadi cawapresnya.

Menurutnya, peluang Anies menjadi cawapres Jokowi belum tertutup. Apalagi, sambung Bawono, meskipun diklaim sudah mengerucut Jokowi masih merahasiakan perihal cawapres hingga saat ini.

Bahkan, lanjut dia, Jokowi dan koalisi partai politik pendukungnya memberikan kode bahwa cawapres Jokowi merupakan sosok yang mengejutkan.

"Bisa juga diartikan seperti itu karena sampai sekarang masih misteri bahkan beberapa partai politik koalisi mengatakan cawapres Jokowi nama mengejutkan. Bisa jadi nama Anies," tutur Bawono.

Soal ini, diakui Bawono, dia ragu Anies bakal berani mengambil langkah menjadi cawapres Jokowi. Bawono pun mempertanyakan keberanian Anies 'mengkhianati' Prabowo seperti yang pernah dilakukan Jokowi atas sosok yang mengantarnya jadi Gubernur DKI.

"Jadi pertanyaan, seberapa berani Anies berkhianat pada Prabowo dengan jadi cawapres Jokowi. Lalu seberapa efektif juga Anies kalau jadi cawapres Jokowi bawa basis politik dia di DKI Jakarta, katakanlah kekuatan Alumni 212 untuk Jokowi," ucapnya soal risiko yang akan dihadapi Anies andai membelot berada di belakang Jokowi kembali.

(kid/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER