Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Gerindra
Prabowo Subianto belum menentukan sosok yang bakal menjadi pendampingnya dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Belakangan disebut Prabowo telah mempertimbangkan tiga nama sebagai bakal calon wakil presiden yang diusung koalisinya.
Ketiga nama itu di antaranya, Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Salim Segaf Al-Jufri, Ustaz Abdul Somad, dan Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Salim Segaf dan Somad merupakan nama yang diusulkan dari hasil Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional beberapa waktu lalu. Mereka direkomendasikan sebagai pendamping Prabowo. Sementara AHY disampaikan Demokrat ke koalisi Gerindra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baik Salim, Somad, maupun AHY tentu memiliki kelebihan maupun kekurangan sebagai bakal cawapres. Tingkat popularitas dan elektabilitas ketiga nama itu dianggap menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh Prabowo sebelum memutuskan.
"Dalam konteks Pemilu, Pilpres yang dibutuhkan adalah seorang figur ketokohan dari capres, cawapres itu. Uji ukurannya adalah popularitas dan elektabilitas," kata pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin kepada
CNNIndonesia.com, Sabtu (4/8).
Ujang pun menyoroti ketiga sosok itu. Menurut dia Salim adalah sosok yang sangat berkuasa di PKS lantaran menduduki jabatan sebagai Ketua Majelis Syuro partai. Kekuasaan yang dimiliki Salim di internal itu bisa menjadi modal agar partai mendorong namanya dipilih oleh Prabowo.
Salim sebelum masuk dalam rekomendasi Ijtima Ulama, nama Menteri Sosial era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu masuk dalam bagian dari sembilan nama yang dikeluarkan PKS untuk menjadi capres/cawapres. Ujang pun tak heran bila nama Salim yang muncul meski lewat 'tangan' Ijtima Ulama.
"Makannya tidak heran di akhir-akhir muncul nama beliau. Kan diawal-awal ada nama delapan kader lainnya. Di ujung nama Salim Segaf yang keluar. Intinya dia orang yang berpengaruh di PKS," ujarnya.
 Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Salim Segaf Al-Jufri. (CNN Indonesia/Gloria Safira Taylor) |
Meskipun demikian, Ujang menganggap Salim belum memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas yang tinggi bersandar beberapa hasil survei. Menurut Ujang, tingkat popularitas dan elektabilitas Salim masih di bawah AHY maupun Somad, untuk popularitas.
Fakta tersebut, kata Ujang yang membuat Salim belum bisa mengerek suara bagi Prabowo dalam perebutan kursi RI 1 kali ini.
"Jadi hebat di internal belum tentu bisa kuat untuk menambah dukungan penuh pada Prabowo," tuturnya.
Sedangkan nama Somad mulai ramai diperbincangkan setelah Ijtima Ulama mengeluarkan rekomendasi beberapa waktu lalu. Namun, ia buru-buru menolak mendampingi Prabowo. Somad justru mendukung pasangan Prabowo-Salim sebagai pasangan yang merepresentasikan tentara-ulama.
Menurut Ujang, meski Somad memiliki popularitas yang tinggi di masyarakat dan kerap dinantikan setiap kegiatan ceramahnya, pria kelahiran Asahan, Sumatera Utara itu tak memiliki pengalaman berpolitik.
Di sisi lain, kata Ujang, Somad juga tak mempunyai partai yang justru bakal membuat resitensi dengan partai politik pengusung Prabowo, seperti PKS, Demokrat, maupun PAN. Pada posisi itu, Ujang menyebut Prabowo bakal memilih agar partai pengusungnya tetap solid.
"Karena bagaimana pun Abdul Somad tidak memiliki partai. Sedangkan Prabowo membutuhkan partai politik untuk melengkapi persyaratan (pencalonan capres dan cawapres)," ujarnya.
 Ustaz Abdul Somad. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
"Saya sepakat orang baik terjun ke politik biar politik jadi baik. Tapi biarlah ulama bekerja untuk berdakwah, biarlah ustaz Somad mengurus umat," kata Ujang menambahkan.
Sementara AHY, kata Ujang, memiliki peluang yang cukup besar dipilih Prabowo sebagai pendampingnya. Ujang menilai AHY unggul dalam segi usia dan pengalaman politik yang dimiliki sang ayah, menjadi presiden dua periode 2004-2009 dan 2009-2014.
Selain itu, Ujang menyebut AHY memiliki elektabilitas yang lebih bagus jika dibandingkan dengan Somad dan Salim Segaf dalam konteks pilpres, untuk posisi cawapres.
Akan tetapi, Ujang menyadari AHY belum memiliki pengalaman politik yang mumpuni, baik di eksekutif maupun legislatif. Terakhir, AHY hanya sebatas ikut dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 berpasangan dengan Sylviana Murni, dan tumbang pada putaran pertama.
Selepas itu, anak sulung SBY ini baru mulai aktif sebagai kader Demokrat. AHY melepas baret hijaunya dengan pangkat terakhir sebagai mayor, mengikuti jejak ayahnya yang terjun ke politik dengan bintang empat di pundak.
"Dalam konteks pengalaman politik masih mentah, masih perlu banyak belajar. Ini yang diragukan oleh banyak orang. Karena pengalaman eksekutif, legislatif itu belum pernah," tuturnya.
 Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (CNN Indonesia/ Hesti Rika) |
Dua PilihanPengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun berpendapat dari ketiga nama tersebut, Prabowo akan lebih memilih Salim ataupun AHY ketimbang Somad, yang tak memiliki latar belakang politik.
Selain pertimbangan pengalaman, kata pria yang karib disapa Ubed, Somad juga telah menyatakan tak bersedia menjadi cawapres mendampingi mantan Danjen Kopassus itu.
"Saya kira antara Salim Segaf atau AHY, antara dua itu. Mungkin Ustaz Somad mempertimbangkan karena dia sendiri tidak bersedia ya," kata Ubed dihubungi terpisah CNNIndonesia.com.
"Saya kira biar Ustaz Somad sebagai penjaga moral bangsa ini. Enggak apa-apa dia posisi itu saja. Tinggal dua nama itu (Salim dan AHY)," ujarnya.
Ubed mengatakan Salim sendiri memiliki kelebihan dibanding AHY. Salim pernah mencicipi duduk di eksekutif, baik sebagai Menteri Sosial maupun Duta Besar untuk Arab Saudi.
Selain pengalaman di pemerintahan, ia juga merupakan sosok ulama dan memiliki basis sosial keagamaan yang cukup kuat di wilayah Indonesia Timur, khususnya Sulawesi. Meskipun, kata Ubed, usia Salim tak lagi muda.
"Itu sosial capital yang kuat dari Salim Segaf. Kapasitas dia seorang doktor ya. Dia punya kapasitas intelektual yang cukup untuk menjadi wapres. Punya pengetahuan yang banyak untuk bisa menghadapi berbagai persoalan," tuturnya.
Sementara untuk AHY, Ubed mengatakan pensiunan perwira menengah TNI AD itu hanya unggul dari segi usia. Menurut Ubed, AHY nihil pengalaman duduk di eksekutif maupun legislatif.
"Kalau AHY kan dimudanya, cuma pengalaman eksekutifnya belum pernah. Tinggal Prabowo merenung saja," ujarnya.
Prabowo masih memiliki waktu sekitar enam hari untuk berpikir menentukan pendampingnya sebelum mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
(ayp)