Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menyatakan bahwa
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bakal fokus pada isu di bidang ekonomi dalam Pilpres 2019. Beberapa poin yang akan menjadi objek utama antara lain lapangan pekerjaan, stabilitas harga pangan, dan pertumbuhan ekonomi.
Ferry mengatakan ketiga aspek tersebut merupakan titik lemah pemerintahan Joko Widodo dalam 4 tahun terakhir. Lapangan pekerjaan minim, harga pangan cenderung sangat fluktuatif, dan pertumbuhan ekonomi 8 persen juga tidak tercapai.
"Rakyat sudah tahu itu semua enggak tercapai oleh pemerintahan sekarang," ujar Ferry saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com di bilangan Jakarta Pusat, Selasa malam (14/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya mengkritik kebijakan Joko Widodo, Ferry mengklaim Prabowo-Sandiaga juga bakal menawarkan program yang lebih menjanjikan kepada masyarakat. Namun, Ferry belum bisa merinci program apa yang dijanjikan Prabowo-Sandiaga terkait tiga aspek tersebut. Dia mengatakan hingga saat ini hal itu masih dalam tahap penggodokkan sebelum nanti dijabarkan saat masuk masa kampanye.
Mengenai tim yang menggodok, Ferry juga enggan terbuka. Dia mengklaim Gerindra dan partai koalisi masih berembuk dalam pembentukan tim yang membidangi isu ekonomi. Sejauh ini, katanya, Rizal Ramli dan mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah yang berpotensi masuk dalam tim tersebut.
"Pembentukan tim masih berkembang terus," kata Ferry.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menganggap tepat jika Prabowo-Sandiaga benar-benar fokus pada isu lapangan pekerjaan, harga pangan, serta pertumbuhan ekonomi.
Menurut Bhima, ketiga isu tersebut berpotensi ampuh menggaet perhatian masyarakat khususnya soal harga pangan dan lapangan pekerjaan.
"Tiga isu ekonomi itu untuk kampanye cukup kena di kalangan menengah ke bawah," ujar Bhima saat dihubungi, Rabu (15/8).
Perihal harga pangan, Bhima mengamini bahwa sejak 2015 memang cenderung stabil. Hal itu terjadi lantaran tingkat inflasi tergolong rendah dan terjaga di bawah angka 3,5 persen. Akan tetapi, Bhima mengatakan bakal nampak pemandangan berbeda pada 2019 mendatang.
 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay) |
Bhima menjelaskan bahwa sejak beberapa bulan terakhir inflasi mulai naik dan sulit dijaga oleh pemerintah. Akibatnya, harga daging ayam, telur ayam, dan beras mulai merangkak naik sebagai implikasi dari keadaan itu.
Bhima mengamini bahwa pemerintah sebenarnya memiliki daya untuk menjaga inflasi agar tidak terlampau tinggi. Namun, ada hal yang bakal sulit dihadapi, yakni menjaga nilai tukar Rupiah di bawah Rp14 ribu per dolar AS.
Bhima tidak heran jika inflasi semakin tidak bisa dijinakkan hingga 2019 mendatang. Dia menilai akan terjadi inflasi pangan yang lebih tinggi dan menggerus daya beli masyarakat.
"Kira-kira itu yang menjadi sasaran tembak Prabowo," ujar Bhima.
Mengenai lapangan pekerjaan, Bhima juga tidak kaget jika Prabowo-Sandiaga akan memainkan isu tersebut. Dia menjelaskan bahwa lapangan pekerjaan tidak lepas dari daya beli masyarakat.
Prabowo-Sandiaga, lanjut Bhima, kemungkinan besar bakal menyerang pemerintah Jokowi yang tidak dapat menyediakan lapangan pekerjaan dalam jumlah besar. Akibatnya, daya beli masyarakat tidak meningkat lantaran pendapatan yang cenderung stagnan.
"Sehingga daya belinya tergerus," imbuh Bhima.
Perihal pertumbuhan ekonomi, Bhima mengaku tidak yakin Prabowo-Sandiaga serius mengkooptasi isu tersebut secara masif. Menurut Bhima, aspek pertumbuhan ekonomi tergolong elitis.
Dia menilai hanya lapisan menengah ke atas yang mampu menerima isu tersebut. Prabowo-Sandiaga, lanjutnya, justru kemungkinan besar bakal memainkan isu pembangunan infrastruktur.
Bhima mengatakan bahwa jokowi memang banyak melaksanakan pembangunan infrastruktur. Semua itu ditujukan demi kelancaran distribusi logistik antardaerah. Namun, kata Bhima, infrastruktur yang dibangun belum begitu terasa manfaatnya di bidang ekonomi.
"Misalnya
output bertambah, tetapi tidak begitu terasa," kata Bhima.
(ayp/sur)