Jakarta, CNN Indonesia -- Rangkaian gempa yang terjadi di
Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (19/8) malam, membuat warga tak tenang dan lebih memilih tetap tinggal di tenda darurat di pesawahan dan tepi jalan.
"Kayaknya enggak tenang gitu, hampir sebulanan kaya gini terus. Pola gempanya gini terus," ucap Herlina, warga Ampenan, Kota Mataram, NTB, saat dihubungi, Minggu (19/8) malam.
Sebelumnya, menurut dia, sudah ada imbauan dari petugas kepada warga untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Namun warga tetap bertahan. Itu terbukti benar dengan kejadian malam ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanya agak-agak gimana hari ini. Selalu [gempa pada jam] 11.00, 12.00, jam 1.00, jam 3.00, jam-jam rawan orang tidur. Makanya kebanyakan di tenda aja," Herlina melanjutkan.
Diketahui, setidaknya enam gempa yang dirasakan kembali mengguncang Lombok, NTB, pada Minggu (19/8) malam. Semuanya memiliki kedalaman 10 Km dan tak berpotensi tsunami.
Pertama, gempa dengan magnitudo 7,0, yang terjadi pada pukul 21.56 WIB, dan berpusat di 30 Km timur laut Lombok Timur, NTB.
Kedua, gempa dengan magnitudo 5,6 pada pukul 22.16 WIB. Pusatnya ada di 8,35 Lintang Selatan dan 116,53 Bujur Timur, atau 18 Km Barat Laut Lombok Timur, NTB.
Ketiga, gempa dengan magnitudo 5,8 pada pukul 22.28.59 WIB. Pusatnya ada di 23 Km barat laut Lombok Timur, NTB.
Keempat, gempa dengan magnitudo 5,0 pada pukul 22.45 WIB, yang berpusat di 56 Km timur laut Lombok Timur, NTB.
Kelima, gempa dengan magnitudo 5,1 pada jam 23.21 WIB, berpusat di 44 Km timur laut Lombok Timur, NTB.
Keenam, gempa dengan magnitudo 5,5 pada pukul 23.37 WIB dan berpusat di 42 Km timur laut Lombok Timur, NTB.
Menurut Herlina, kejadian saat ini mengingatkan para warga dengan gempa dengan kekuatan 7,0 SR yang terjadi pada
Minggu (5/8) pada pukul 18.46 WIB. Warga beraktivitas di tenda darurat, di Lombok, 8 Agustus. ( REUTERS/Beawiharta) |
Ketika itu, gempa utama dan susulannya terjadi pada malam hari saat kebanyakan orang sedang di dalam rumah. Alhasil, ratusan korban meninggal tertimpa bangunan roboh.
"Biar sekarang enggak berpotensi tsunami, kita waspada saja. Kayak yang waktu itukan sempat ada peringatan tsunami. Apalagi di sini jaraknya cuma 4 Km dari pantai. Ngungsi saja kita di tengah sawah," tuturnya.
Dihubungi terpisah, Kasubdit Penanganan Korban Bencana Alam Kementerian Sosial Iyan Kusmadiyana mengatakan warga memang kebanyakan masih berada di tenda darurat sejak gempa terdahulu.
Di Mataram, katanya, banyak warga yang mengungsi di pinggir jalan karena dianggap sebagai wilayah paling aman.
"Warga sini kebanyakan masih di tenda-tenda darurat, di ruangan-ruangan [yang memiliki] tembok sudah keluar semua," imbuhnya.
Pihaknya dan Tagana juga tetap berupaya melakukan penanganan bencana meski dengan keterbatasan sarana.
"Kami tetap komunikasikan, semua bergerak meski nyawa petugas juga terancam," tandas Iyan.
(arh)