Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk Fredrich Paulus menanggapi hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang menyebutkan partainya bakal terlempar dari posisi dua besar pada pemilu 2019.
Menurut Lodewijk, Golkar harus mengevaluasi diri apapun hasil yang disebutkan lembaga survei.
"Kalau menurut Golkar kurang bagus, maka itu menjadi pecut agar kami bangun, bangun menyikapi hasil survei tersebut," kata Lodewijk usai membuka acara Workshop dan Bimtek Caleg DPR dan DPD Golkar di Jakarta, Kamis (13/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lodewijk mengatakan masih ada waktu hingga April 2019 untuk memperbaiki elektabilitas Golkar. Namun, menurutnya kekuatan Golkar bukan berasal dari responden survei, melainkan jaringan pemilih loyal di daerah.
"Secara tradisional kekuatan Golkar bukan di situ, bukan diwakili 1.200 orang (responden), tapi kekuatan Golkar ada di jaringan," ujar pria yang pernah menjabat Komandan Jenderal Kopassus saat masih berkarier di TNI AD tersebut.
Selain itu, Lodewijk juga menanggapi terkait penurunan elektabilitas Golkar akibat banyak kader yang tersangkut kasus korupsi. Lodewijk mengakui hal itu tidak dapat dihindari.
"Kalau memang itu ya mari menjadi pecut buat kita supaya tidak melakukan tindakan koruptif. Kalau ada tindakan koruptif pasti merugikan partai," kata pensiunan jenderal bintang 3 tersebut.
Senior Turun GunungSementara itu, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung mengaku khawatir dengan penurunan elektabilitas partainya berdasarkan hasil survei beberapa waktu terakhir. Untuk itu, kata dia, senior Golkar merencanakan akan turun gunung membantu meningkatkan elektabilitas partai.
"Rencana turun dalam rangka untuk mengkonsolidasikan partai di setiap wilayah tanah air. Agar partai betul-betul terkonsolidasi. Kemudian juga ikut berkampanye," kata Akbar terpisah.
Selain itu, Akbar mengatakan para senior juga akan mengadakan pertemuan khusus dengan pengurus partai untuk membantu mengatur strategi perolehan suara dan bertemu dengan berbagai tokoh masyarakat di daerah-daerah.
Namun, Akbar meminta kepada calon anggota legislatif dari Golkar agar mampu meyakinkan publik bahwa partai berlambang pohon beringin itu telah berubah ke arah lebih baik, terutama akibat maraknya kasus korupsi yang menimpa para elite partai.
"Kalau misalnya terjadi lagi peristiwa seperti itu, saya berpendapat, seharusnya Golkar tidak ragu-ragu untuk memberikan sanksi, memberikan hukuman kepada mereka-mereka itu," kata Akbar.
"Hanya dengan cara itu, kita bisa membuktikan bahwa kita memang betul-betul ingin menjadikan partai ini partai yang bersih," sambung pria yang menjabat Ketua Umum Golkar kurun waktu 1998-2004 tersebut.
Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA, Golkar hanya menempati posisi ketiga dengan perolehan suara 11,3 persen. Torehan itu lebih rendah dibanding hasil Pileg 2014 yang mencapai 14,75 persen suara.
Penurunan itu ditengarai akibat rangkaian kasus korupsi yang dilakukan kader dan ketiadaan sosok capres maupun cawapres dari Golkar.
Padahal, sejak 1999 Golkar selalu menempati posisi pertama atau kedua. Pada 1999 Golkar menempati posisi kedua dengan 22,4 persen suara, pada 2004 menjadi pemenang dengan torehan 21,6 persen suara, pada 2009 dan 2014 menjadi
runner-up dengan suara 14,5 dan 14,8 persen.
(sur)