Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sukmandaru Prihatmoko mengatakan
gempa yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, terkait dengan patahan atau sesar Palu Koro. Gempa berkekuatan 7,7 itu terjadi pada pukul 17.02 WIB.
"Itu berkait dengan patahan atau sesar Palu Koro yang memang panjang sekali, dia membelah dari kota Palu ke selatan maupun ke utara," kata Sukmandaru saat dihubungi
CNNIndonesia TV, Jumat (28/9).
Dia menjelaskan, Sesar Palu Koro adalah patahan yang arahnya hampir ke utara bagian barat dan ke arah selatan. Sukmandaru mengatakan, patahan ini membelah Kota Palu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Patahan yang memanjang ke utara menyusur pantai dan kemudian masuk ke laut. Sementara, patahan yang ke arah selatan membelah Pulau Sulawesi, kemudian belok ke timur ke arah Sesar Matano.
Dia sependapat dengan penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait peta tektonik regional. Gempa tersebut berada di 0.18 lintang selatan dan 119.85 bujur timur atau 27 kilometer timur laut Donggala, Sulawesi Tengah.
"Kebetulan yang bergerak ada di utara Kota Palu atau sekitar Donggala, saya kira," ujar Sukmandaru.
Gempa di Donggala dimulai sejak pukul 14.00 WIB. Saat itu, gempa berada di 0.35 lintang selatan dan 119.82 bujur timur atau 8 kilometer barat laut Donggala. Kekuatan gempa mencapai 5,9 dengan kedalaman 10 kilometer.
Setelah itu, ada gempa dengan kekuatan magnitudo 5,0 pada pukul 14.28 WIB, magnitudo 5,3 pada pukul 15.25.00 WIB.
"Kita sama-sama bisa lihat pergerakan sudah dari jam 2 kalau kita lihat data-datanya. Data BMKG sudah cukup bagus sekali. Dan saya kira perlu terus kita ikuti arahannya," katanya.
"Nah, kalau dari sisi geologi sangat terkait dengan sesar Palu-Koro," tambah Sukmandaru.
Setelah gempa berkekuatan 7,7, BMKG menyebut Donggala dan sekitarnya kembali diguncang gempa dengan magnitudo 6,1 pada pukul 17.14 WIB. Pusatnya di 58 kilometer Timur Laut Donggala dengan kedalaman 10 KM.
"Tidak berpotensi tsunami," kata BMKG.
(pmg)