Palu, CNN Indonesia -- Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi di Palu dan Donggala mencapai 740 orang berdasarkan data yang ada di Posko Korem132/Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah.
Data yang diperoleh
CNNIndonesia.com tersebut, merupakan pemutakhiran data terakhir pada Minggu (30/9) hingga pukul 17.00 WITA. Data ini berbeda dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang mencatat 832 orang tewas akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala.
Berdasarkan data Posko Korem132/Tadulako, para korban meninggal dunia tersebut tersebar di sejumlah lokasi, yakni RS Wirabuana, RS Undata, Masjid Raya, RS Bhayangkara, Pantoloan Induk, Kayu Malue Rajeko, Kawatuna, Perumnas Balaroa, BTN Petobo, Donggala, Desa Tuwa, Desa Salua Sigi, Desa Sibaluya Selatan, dan Buluri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain korban meninggal, Posko juga mencatat korban luka berat sebanyak 632 orang dan korban tertimbun sebanyak 140 orang.
Sementara untuk korban hilang sebanyak 29 orang di Pantoloan Induk dan 17 orang di Donggala. Sedangkan untuk jumlah pengungsi tercatat sebanyak 48.025 orang yang tersebar di 94 lokasi.
Dari data tersebut juga diketahui masih ada desa yang terisolir yakni Desa Sibalaya. Dari perkiraan setidaknya ada 500 kepala keluarga yang tinggal di daerah tersebut.
Sedangkan menurut data terbaru BNPB per 30 September, mereka mencatat ada 832 korban tewas akibat gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala. Jumlah korban tewas itu tersebar di Kota Palu sebanyak 821 orang dan Kabupaten Donggala mencapai 11 orang.
 Warga di Palu mengantre untuk mendapatkan BBM yang langka setelah gempa mengguncang daerah itu. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Untuk korban luka berat BNPB mencatat ada 540 orang yang dirawat di rumah sakit dan 16.732 pengungsi di 24 titik.
"Diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah karena masih banyak korban yang belum teridentifikasi, korban diduga masih tertimbun bangunan runtuh, dan daerahnya belum dijangkau oleh tim SAR," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan pers yang diterima
CNNIndonesia.com.
Perbedaan Data LumrahPerbedaan data korban juga terjadi saat gempa mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu lalu. Namun Sutopo menegaskan perbedaan data dalam setiap bencana adalah hal lumrah.
"Perbedaan angka yang besar. Apalagi data orang meninggal dunia adalah data yang sensitif dan banyak dicari media dan masyarakat. Lantas mana yang benar? Semuanya benar karena berdasarkan data dari lapangan," kata Sutopo saat itu, 8 Agustus 2018.
Meski demikian Sutopo mengingatkan bahwa sesuai regulasi, data resmi dari korban bencana yang diakui pemerintah adalah data dari BNPB dan BPBD. Sesuai regulasi yang ada, data resmi dari korban akibat bencana yang diakui Pemerintah adalah data dari BNPB dan BPBD.
"Data ini akan menjadi data resmi nasional. Makanya seringkali data yang keluar dari BNPB dan BPBD lambat dibanding data lain. Sebab perlu verifikasi agar valid," kata dia.
"Penyampaian data korban bencana buka soal cepat-cepatan tetapi adalah kehati-hatian untuk menjamin data tersebut benar," ujarnya menambahkan.
(dis/wis)