
Jokowi Terkikih saat Disinggung 'Tampang Boyolali'
CNN Indonesia | Rabu, 07/11/2018 21:28 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden petahana RI Joko Widodo (Jokowi) terkikih ketika disinggung mengenai 'Tampang Boyolali'. Boyolali adalah kabupaten di Jawa Tengah yang menjadi topik pembicaraan sebab calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto berguyon nasib susah sama seperti orang Boyolali.
Awalnya, Jokowi seperti tidak mendengar pertanyaan mengenai guyonan Boyolali itu karena bisingnya suara di tempat pengarahan kepada calon legislatif Partai Hanura di Hotel Discovery Ancol, Jakarta, Rabu (7/11) malam. Namun, ia hanya tertawa ketika mendengar pertanyaan itu untuk kesekian kalinya. Jokowi terkikih-kikih sambil berjalan meninggalkan lokasi.
Darah Boyolali diketahui mengalir dalam tubuh orang nomor satu di Indonesia ini. Orang tua dari Ibunda Jokowi, Sujiatmi Notomihardjo, berasal dari Boyolali.
Kakek dan nenek mantan Wali Kota Solo ini, Wirorejo dan Sani, berasal dari Dusun Gumukrejo, Kelurahan Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah.
'Tampang Boyolali' mencuat setelah Prabowo menyatakan Jakarta dipenuhi gedung menjulang tinggi dan hotel-hotel mewah. Namun, ia menyebut warga tampang Boyolali tak bisa masuk ke hotel-hotel tersebut.
"Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Karena tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian, ya tampang Boyolali ini, betul?" kata Prabowo kala itu.
Pernyataan itu berujung polemik. Banyak pihak tidak terima orang Boyolali diidentikkan dengan orang susah. Pidato ini dilaporkan seorang warga Boyolali bernama Dakun (47) ke Polda Metro Jaya karena tersinggung dan terhina atas ucapan Prabowo soal 'tampang Boyolali'.
Tak hanya itu, ribuan warga memadati Balai Sidang Mahesa Boyolali beberapa waktu lalu sebagai protes terhadap Prabowo. Pernyataan itu dianggap merendahkan martabat warga Boyolali.
Tak lama setelah itu, Ketua Umum Partai Gerindra ini menyatakan dirinya hanya bercanda dan tak berniat menghina. Ia akhirnya melalui video blog meminta maaf kepada seluruh masyarakat, terutama warga Boyolali.
Pemimpin Komunikatif
Menanggapi soal kepemimpinan, Jokowi menyatakan masyarakat membutuhkan pemimpin yang dapat berkomunikasi dengan baik tanpa marah-marah. Menurutnya, komunikasi yang baik membuat pesan dan maksud tersampaikan.
"Saya senang tegas tapi enggak suka marah-marah. Karena ada yang bilangnya tegas tapi suka marah-marah," kata Jokowi di tempat yang sama.
Jokowi tak mendetailkan tokoh yang kerap marah-marah dalam menyampaikan sesuatu kepada rakyat. Ia hanya mencontohkan gaya berpidato Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) yang tegas. Jokowi menyatakan selalu terkagum-kagum setelah mendengarkan pria yang juga menjabat Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu kala berpidato.
"Ketua Umum Partai Hanura ini memang tegas, setiap sambutannya kelihatan sekali kalau beliau ini tegas. Tapi, saya tidak tahu kalau pas tidak ada saya, bisa lebih tegas lagi apa jangan-jangan alus. Tapi saya yakin sama juga pasti tegas," ujar Jokowi.
Soal kepemimpinan, pria yang menjadi capres nomor urut 01 dalam Pilpres 2019 itu menyatkaan pemimpin baik harus siap dan selalu mendengarkan aspirasi, kebutuhan, dan masukan masyarakat. Ketegasan dibutuhkan dalam membuat kebijakan dan bertindak.
"Tapi tegas itu tidak sama dengan otoriter, ini beda dan tolong dibedakan," katanya.
(chri/kid)
Awalnya, Jokowi seperti tidak mendengar pertanyaan mengenai guyonan Boyolali itu karena bisingnya suara di tempat pengarahan kepada calon legislatif Partai Hanura di Hotel Discovery Ancol, Jakarta, Rabu (7/11) malam. Namun, ia hanya tertawa ketika mendengar pertanyaan itu untuk kesekian kalinya. Jokowi terkikih-kikih sambil berjalan meninggalkan lokasi.
Darah Boyolali diketahui mengalir dalam tubuh orang nomor satu di Indonesia ini. Orang tua dari Ibunda Jokowi, Sujiatmi Notomihardjo, berasal dari Boyolali.
Kakek dan nenek mantan Wali Kota Solo ini, Wirorejo dan Sani, berasal dari Dusun Gumukrejo, Kelurahan Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah.
'Tampang Boyolali' mencuat setelah Prabowo menyatakan Jakarta dipenuhi gedung menjulang tinggi dan hotel-hotel mewah. Namun, ia menyebut warga tampang Boyolali tak bisa masuk ke hotel-hotel tersebut.
"Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Karena tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian, ya tampang Boyolali ini, betul?" kata Prabowo kala itu.
Pernyataan itu berujung polemik. Banyak pihak tidak terima orang Boyolali diidentikkan dengan orang susah. Pidato ini dilaporkan seorang warga Boyolali bernama Dakun (47) ke Polda Metro Jaya karena tersinggung dan terhina atas ucapan Prabowo soal 'tampang Boyolali'.
Tak hanya itu, ribuan warga memadati Balai Sidang Mahesa Boyolali beberapa waktu lalu sebagai protes terhadap Prabowo. Pernyataan itu dianggap merendahkan martabat warga Boyolali.
Tak lama setelah itu, Ketua Umum Partai Gerindra ini menyatakan dirinya hanya bercanda dan tak berniat menghina. Ia akhirnya melalui video blog meminta maaf kepada seluruh masyarakat, terutama warga Boyolali.
Pemimpin Komunikatif
Menanggapi soal kepemimpinan, Jokowi menyatakan masyarakat membutuhkan pemimpin yang dapat berkomunikasi dengan baik tanpa marah-marah. Menurutnya, komunikasi yang baik membuat pesan dan maksud tersampaikan.
"Saya senang tegas tapi enggak suka marah-marah. Karena ada yang bilangnya tegas tapi suka marah-marah," kata Jokowi di tempat yang sama.
Jokowi tak mendetailkan tokoh yang kerap marah-marah dalam menyampaikan sesuatu kepada rakyat. Ia hanya mencontohkan gaya berpidato Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) yang tegas. Jokowi menyatakan selalu terkagum-kagum setelah mendengarkan pria yang juga menjabat Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu kala berpidato.
"Ketua Umum Partai Hanura ini memang tegas, setiap sambutannya kelihatan sekali kalau beliau ini tegas. Tapi, saya tidak tahu kalau pas tidak ada saya, bisa lebih tegas lagi apa jangan-jangan alus. Tapi saya yakin sama juga pasti tegas," ujar Jokowi.
Soal kepemimpinan, pria yang menjadi capres nomor urut 01 dalam Pilpres 2019 itu menyatkaan pemimpin baik harus siap dan selalu mendengarkan aspirasi, kebutuhan, dan masukan masyarakat. Ketegasan dibutuhkan dalam membuat kebijakan dan bertindak.
"Tapi tegas itu tidak sama dengan otoriter, ini beda dan tolong dibedakan," katanya.
ARTIKEL TERKAIT

Bawaslu Hentikan Kasus Iklan Galang Dana Timses Jokowi
Nasional 3 bulan yang lalu
Gus Irfan di Prabowo, Yenny Yakin Suara NU Tetap ke Jokowi
Nasional 3 bulan yang lalu
Tak Siapkan Pengacara Sandi Yakin Bisa Menang Tanpa Sengketa
Nasional 3 bulan yang lalu
Ma'ruf Amin Bantah Janjikan Lahan ke Petani Banyuwangi
Nasional 3 bulan yang lalu
Putusan Bawaslu: Tim Jokowi Langgar Aturan Iklan Galang Dana
Nasional 3 bulan yang lalu
Yusril Kuasa Hukum Jokowi, Ma'ruf Optimistis PBB Merapat
Nasional 3 bulan yang lalu
BACA JUGA

Maruarar Sirait: Jokowi Minta Mafia Bola Dihabisi
Olahraga • 21 February 2019 00:35
Jokowi Ingin Bangun 3.000 Balai Latihan Kerja di Pesantren
Ekonomi • 20 February 2019 19:01
Kenali Sosok Capres dan Anggota Dewan Lewat Pintarmemilih.id
Teknologi • 20 February 2019 14:33
PUPR Ungkap Penipuan dalam Program Sejuta Rumah
Ekonomi • 20 February 2019 13:19
TERPOPULER

Luhut soal Kritik JK: Hubungan Wapres-Presiden Sangat Baik
Nasional • 36 menit yang lalu
Jokowi Minta Para Saksi Kawal Suara Pilpres 2019
Nasional 5 jam yang lalu
Komitmen Jokowi-Prabowo soal Masalah Pesisir Dipertanyakan
Nasional 3 jam yang lalu