Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur
SETARA Institute Hendardi menilai anggapan Imam Besar FPI
Rizieq Shihab yang menyebut ada rekayasa pemasangan bendera oleh pihak di Indonesia tidak berdasar.
Hendardi justru menganggap Rizieq tengah berupaya melanggengkan pamor di mata para pengikutnya.
"Tuduhan Rizieq Shihab atas rekayasa kasus pengibaran bendera di Arab Saudi oleh pemerintah Indonesia, tidaklah berdasar dan hanya menunjukkan upaya dirinya menjadi tokoh yang ingin diperhitungkan dalam konstelasi politik Indonesia," ucap Hendardi melalui siaran pers Jumat (9/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendardi menyebut Rizieq melakukan itu agar para pengikutnya tetap berada dalam barisan. Hendardi mengatakan Rizieq tengah berupaya mempertahankan pamornya sebagai orang yang patut dijadikan panutan.
"Yang ujungnya adalah untuk kepentingan politik praktis dalam Pilpres 2019," imbuh Hendardi.
Direktur Setara Institute, Hendardi. (CNN Indonesia/Bimo Wiwoho) |
Tidak ketinggalan, Hendardi juga menyoroti berbagai tanggapan dari para pengikut Rizieq. Hendardi mengatakan kecurigaan pengikut Imam Besar FPI terhadap unsur aparat negara Indonesia tidak masuk akal.
Dia berasumsi demikian lantaran Arab Saudi adalah negara berdaulat dan tidak mungkin ada campur tangan dari negara lain. Oleh karena itu, tudingan bahwa aparat dari Indonesia terindikasi melakukan rekayasa menjadi tidak rasional. Menurutnya, kecurigaan itu sebatas fantasi.
"Dan dugaan kuat merupakan bentuk politisasi sebagai seolah-olah korban," ucap Hendardi.
Hendardi kemudian menyarankan pemerintah Indonesia, khususnya BIN, agar tidak terlalu serius menanggapi tudingan-tudingan seputar pemasangan bendera di rumah Rizieq di Mekkah.
Hendardi mengamini bahwa setiap WNI di luar negeri wajib dilindungi oleh pemerintah, termasuk pula Rizieq. Namun, Hendardi mengingatkan bahwa Rizieq adalah pelarian atau buron dari beberapa kasus di Indonesia.
"Rizieq Shihab memilih menghindar menghadapi hukum di tanah air, namun tetap mencoba bermain politik di negara orang yang konsekuensinya juga kerap mesti berhadapan dengan hukum di negara tersebut," tutur Hendardi.
Rizieq Shihab sempat diperiksa pihak keamanan setempat. Pemeriksaan dilakukan lantaran ada bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid di tembok rumah Rizieq.
Tak lama setelah itu, Rizieq dilepas. Dia lantas meminta aparat setempat agar mencari pelaku yang sengaja memasang bendera di kediamannya.
Sekretaris Umum DPP FPI Munarman kemudian mengatakan bahwa kasus pemasangan bendera di rumah Rizieq sebagai operasi intelijen. Menurutnya, ada tindakan terencana, yakni memasang bendera, kemudian difoto dan disebarluaskan di Indonesia. Dia juga curiga ketika ada foto Rizieq saat diperiksa oleh keamanan setempat.
BIN, melalui juru bicara Wawan Purwanto menyatakan bahwa BIN tidak menganggap Rizieq sebagai musuh negara. Karenanya, BIN mengklaim tidak memiliki kaitan dengan kasus pemasangan bendera di kediaman Rizieq.
(bmw/ugo)