Gemuruh Gunung dan Suara Sirene Picu Trauma Pengungsi Tsunami

CNN Indonesia
Jumat, 28 Des 2018 07:37 WIB
Hingga saat ini suara gemuruh gunung masih terus terdengar pada malam hari. Warga gelisah meski sudah mengungsi jauh dari pantai.
Lapangan futsal yang dijadikan posko pengungsian di Kecamatan Labuan, Banten. (CNN Indonesia/Bimo Wiwoho)
Pandeglang, CNN Indonesia -- Beberapa warga Kampung Lantera, Labuan, Pandeglang, masih trauma akan bencana tsunami yang melanda wilayah mereka pada Sabtu (22/12) lalu. Suara gemuruh Gunung Anak Krakatau hingga sirine mobil sudah cukup membuat mereka bergidik.
Tanti (23) adalah warga Kampung Lantera yang mengungsi di posko Kementerian Sosial di Labuan. Ia mengaku hingga saat ini suara gemuruh gunung masih terus terdengar pada malam hari. Hal ini cukup membuatnya gelisah meski sudah mengungsi jauh dari pantai.

"Tetap saja, dengar suara itu saya masih takut banget," kata Tanti, Kamis (27/12).

Tak hanya itu, bunyi sirene kendaraan yang lalu-lalang di sepanjang jalan saja mampu menimbulkan ketakutan yang sama di benak Tanti. Hal seperti ini tidak sedikit yang turut mengalaminya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ati (33), yang juga berada di posko Kemensos di Labuan, tak pernah bisa berhenti was-was ketika bunyi sirene terdengar. Pasalnya jumlah sirene yang berbunyi bisa cukup banyak dan tempat pengungsiannya berada tak jauh dari jalan raya.

"Pusing saya, bikin takut semuanya," ucap Ati.    

Posko Kemensos yang sementara dihuni oleh Ati dan Tanti memang berada tak jauh dari jalan raya. Semenjak penanggulangan bencana ini dimulai, berbagai kendaraan dengan bunyi sirene keras menyalak sehingga cukup jelas terdengar hingga ke posko.

Kendati demikian, hingga saat ini Tanti dan Ati tidak punya banyak pilihan. Kalaupun mereka harus menahan diri dari suara-suara yang memicu ketakutan, mereka hanya bisa berdiam diri di dalam posko.

"Bingung mau kemana lagi, enggak ada kepastian. Cuma bisa di sini saja sambil menunggu kabar," ucap Tanti.

Selain trauma warga atas bunyi-bunyian, banyaknya kabar simpang-siur mengenai tsunami susulan juga jadi masalah. Sebuah teriakan saja sudah cukup memancing efek berantai rasa panik dan takut penduduk setempat. Padahal informasi itu kerap kali nyatanya belum terkonfirmasi ke instansi terkait.

"Duh di sini kejadiannya setiap hari. Baru kemarin saya ikut lari, padahal enggak ada apa-apa juga," kata Yulis, salah seorang pedagang di kawasan Labuan.

Maraknya informasi sesat di lokasi bukan hal baru di masyarakat yang terkena dampak bencana. Belum lama, kabar mengenai potensi tsunami susulan di Banten dan beberapa daerah lain termasuk Jakarta ramai beredar di internet.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah kabar itu. BMKG menegaskan pihaknya tidak merilis potensi tsunami di daerah mana pun. (bin/dea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER