Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 364 eksemplar tabloid Indonesia Barokah beredar di sejumlah wilayah kecamatan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, dengan menyasar penyebaran pada masjid dan pondok pesantren (ponpes).
Koordinator Divisi Pengawasan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Batang, Mabrur di Batang, Sabtu (26/1), mengatakan bahwa beberapa eksemplar tabloid Indonesia Barokah itu sudah ada yang terdistribusikan dan ada yang belum.
"Tabloid ini telah beredar di hampir semua kecamatan dan sebagian lagi masih berada di masjid dan ponpes. Saat ini, kami masih menunggu hasil kajian dari Bawaslu Pusat bersama Dewan Pers," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan tabloid tersebut saat ini sebagian masih berada di masjid dan ponpes dan beberapa ada yang sudah diserahkan pada panitia pengawas kecamatan di masing-masing kecamatan.
Panwas pemilu, kata dia, tidak melakukan penyitaan tabloid Indonesia Barokah kecuali ada pihak yang menyerahkannya.
"Memang beberapa (tabloid) sudah ada yang diserahkan di panwascam masing-masing. Demikian pula, juga ada yang masih berada di lokasi (masjid dan ponpes)," katanya.
Menurut dia, Bawaslu masih mengkaji permasalahan tersebut dan menginventarisasi tabloid itu sambil menunggu arahan dari Bawaslu Pusat.
"Permasalahan ini masih dalam proses pengkajian, kita masih menginventarisasi dulu dan menunggu arahan dari Bawaslu pusat," katanya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah meminta kepolisian mengusut beredarnya tabloid Indonesia Barokah yang tengah dipersoalkan Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Fahri menganggap keberadaan Indonesia Barokah justru berbahaya bagi kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Saya khawatir kayak ada langkah penggembosan kepada Pak Jokowi gitu loh ya. Kok tiba-tiba modus yang dituduhkan kepada Pak Prabowo itu ada di Pak Jokowi semua gitu," kata Fahri di kompleks parlemen, Jakarta, Jumat (25/1).
Kekhawatiran Fahri berangkat dari dugaan perpindahan tim sukses yang sebelumnya mendukung Prabowo dan kini berada di kubu Jokowi. Meski tak menyebut nama, Fahri menyebut beberapa contoh polemik.
Di antaranya polemik pembebasan narapidana terorisme Abu Bakar Ba'asyir hingga kasus hoaks Ratna Sarumpaet. Polemik tersebut kata dia, terindikasi operasi intelijen yang merugikan kubu Jokowi.
"Kalau saya melihatnya begitu, itu merugikan semua itu. Hati-hati lah Pak Jokowi karena ini sepertinya ada upaya Pak Jokowi kayak digeruduk pelan-pelan gitu," katanya.
(ard)