Jakarta, CNN Indonesia -- Peserta acara peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-73
Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) diimbau tidak membawa atribut yang berkaitan dengan identitas politik tertentu.
Ketua Panitia acara peringatan Harlah ke-73 Muslimat NU
Yenny Wahid mengatakan pihaknya telah menyampaikan kebijakan tersebut kepada seluruh calon peserta yang akan hadir di acara yang diselenggarakan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta pada Minggu (27/1).
Ia berharap kebijakan ini dapat menjaga tujuan acara peringatan Harlah ke-73 Muslimat NU, yaitu doa bersama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengimbau agar tidak membawa atribut politik, karena ini acara ormas [organisasi kemasyarakatan]. Panitia ini murni acara doa bersama. Aturan, kebijakannya dari kami seperti itu," kata Yenny saat ditemui usai menghadiri acara Pemberian Santunan bagi 1.000 Anak Yatim, di Komplek GBK, Sabtu (26/1).
Dia mengatakan acara ini bertujuan untuk menguatkan akidah demi memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat, seperti terwujudnya toleransi dan sikap saling berbuat baik.
Menurut Yenny, penguatan akidah penting dalam menghadapi tantangan perpecahan masyarakat yang terjadi akibat memanasnya suhu politik dalam beberapa waktu terakhir.
"Saat ini, tantangan perpecahan yang terjadi [akibat] suhu politik yang memanas, kami ingin berkontribusi kepada bangsa dengan cara memanjatkan doa agar suasana kembali sejuk," katanya.
Lewat acara peringatan, Harlah ke-73 Muslimat NU, Yenny juga berharap, masyarakat dapat kembali menyadari pentingnya rasa persaudaraan di tengah situasi politik saat ini.
"Agar kita semua mengingat sebagai warga negara dan bangsa, kita ini bersaudara apapun afiliasi politiknya," katanya.
Yenny menambahkan sejumlah tokoh diundang dalam acara peringatan Harlah ke-73 Muslimat NU, mulai dari Presiden Joko Widodo, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, hingga jajaran menteri dan pejabat lainnya.
(mts/ugo)