Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Muhammad Syafii, menilai kubu calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin menggunakan gaya politik 'maling teriak maling'.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam merespons kabar yang menyebutkan bahwa Jokowi menggunakan jasa konsultan politik asal Amerika Serikat (AS) Stanley Greenberg.
Menurutnya, berdasarkan hasil penelitian Jokowi menggunakan jasa konsultan politik asing itu saat mengikuti kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata setelah diteliti yang pernah menggunakan konsultan itu justru petahana, itu pada Pilpres 2014 yang lalu. Kalau ini yang terjadi, kemudian mereka teriak yang secara politik sering dikenal dengan istilah maling teriak maling," kata Syafii kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (7/2).
Dia pun menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah menggunakan jasa konsultan politik asing hingga saat ini, seperti yang dituduhkan oleh kubu Jokowi-Ma'ruf.
Menurutnya, hal itu dapat dilihat dari gaya kampanye Prabowo-Sandi yang bernuansa nasionalis dan religius. Dia berkata, gaya berpolitik seperti itu tidak mungkin hasil konsultasi dengan pihak yang berasal dari negara seperti Rusia.
"Ini selain sangat nasionalis lebih bernuansa religius. Pasti bukan masukan dari konsultan yang berasal dari negara yang banyak komunis yaitu Rusia," tuturnya.
Saling tuding penggunaan konsultan asing menjadi perang tersendiri antara dua kubu paslon pilpres. Capres Petahana Jokowi mulanya mengungkap isu konsultan politik asing saat berpidato di depan relawan di Karanganyar, Jawa Tengah pada Minggu (3/2).
Mantan Wali Kota Solo itu menyebut ada salah satu tim sukses yang menyewa jasa konsultan politik asing dan menggunakan teori propaganda Rusia.
Selanjutnya, Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto mengklaim jadi saksi Prabowo yang sudah menggunakan komsultan politik asing sejak Pemilu 2009.
"Sejak 2009 yang lalu, kami tahu Pak Prabowo itu didukung oleh konsultan asing. Kami jadi saksi mata dan hal tersebut adalah persoalan di mana kami membangun martabat dalam memenangkan itu," kata Hasto usai deklarasi alumni Kolese Kanisius kepada Jokowi di Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (3/2).
Menjawab tudingan Hasto, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Priyo Budi Santoso mengingatkan Hasto Kristiyanto bahwa Prabowo Subianto berduet dengan Megawati Soekarnoputri pada Pemilu 2009.
"Di 2009 kan kalau tidak salah Pak Prabowo duet sama anu ya, sama Bu Mega. Coba Pak Hasto jelasin saja," kata Priyo di Kantor KPU, Jakarta, Rabu (6/2).
Priyo mengatakan dirinya tak memiliki kapasitas untuk menjawab hal tersebut karena tak menjadi tim sukses Mega-Prabowo. Sementara Hasto, ucapnya, lebih paham karena masuk dalam tim sukses. Namun Priyo bisa memastikan dalam Pemilu 2019 Prabowo tidak bekerja sama dengan konsultan politik asing.
"Pak Prabowo sekarang tidak ada menggunakan konsultan asing. Kalau 2009 saya tidak tahu ya, Pak Hasto mungkin tahu sebagai Sekjen PDIP," ucapnya.
[Gambas:Video CNN] (mts/ugo)