Jakarta, CNN Indonesia --
Ketua Umum Partai Hanura
Oesman Sapta Odang atau OSO menyebut mantan Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah otomatis bergabung menjadi pendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019 karena telah resmi menjadi kader PDIP.
Hal itu ia katakan untuk merespons pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang tak memperbolehkan Ahok untuk bergabung dengan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Sebetulnya enggak usah disuruh bergabung, juga dia udah bergabung kan. Kemarin aja dia bergabung dengan PDIP, PDIP kan pendukung 01," kata Oso di kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/2).
Lebih lanjut, Ketua DPD itu menyatakan larangan Ahok bergabung dengan TKN itu merupakan prediksi pribadi JK semata. Ia justru mempertanyakan apakah Ahok merupakan sosok yang melakukan penistaan agama.
"Ya itu kan prediksi Pak JK, saya juga enggak bisa mempengaruhi. Tapi kan begini, apa benar Ahok itu penista agama? Itu kan menjadi tanda tanya, ya kan," kata dia.
OSO menilai bahwa Ahok telah melaksanakan kewajibannya sebagai eks narapidana dengan menjalani hukuman hingga usai.
Oleh karena itu, ia menilai Ahok sudah sepatutnya memiliki hak yang dijamin undang-undang untuk mengambil keputusan yang sesuai keinginan politiknya.
"Jadi ya, sebetulnya dia sudah melakukan kewajibannya, ya sudah dong. Jadi apa yang mau dilakukan sebagai anak bangsa ya silakan aja dilakukan," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya JK melarang Ahok bergabung dengan TKN Jokowi-Ma'ruf. JK khawatir bergabungnya Ahok dengan TKN akan menggerus suara pasangan calon nomor urut 01 itu.
"Kalau saya ditanya sebagai Ketua Dewan Pengarah TKN, jangan," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (12/2).
JK tak menampik bahwa kasus penistaan agama yang menjerat Ahok dapat membuat sejumlah pihak tak mau lagi mendukung Jokowi-Ma'ruf. Ketua Dewan Pengarah TKN ini memprediksi akan muncul stigma bahwa Jokowi-Ma'ruf didukung oleh seorang penista agama.
"Jadi bisa berakibat Pak Jokowi didukung penista agama, kan bahaya itu. Bisa mengurangi suara lagi, toh pemilu dua bulan lagi, efeknya juga tidak akan banyak," kata dia.
[Gambas:Video CNN] (rzr/dal)