Jakarta, CNN Indonesia -- Hayati Syafri, dosen Institut Agama Islam Negeri (
IAIN) Bukittinggi yang telah diberhentikan, mendatangi kantor Badan Kepegawaian Negara (
BKN) untuk mengajukan banding. Dia didampingi kuasa hukumnya, Ismail Nanggon.
"Maksud kedatangan kami hari ini untuk menyampaikan banding atas putusan yang disampaikan oleh Kementerian Agama melalui UIN Bukittinggi memecat ibu Hayati Syafri. Hari ini kami akan mengajukan banding administrasi," kata Ismail di Kantor BKN, Jakarta Timur, Senin (4/3).
Kementerian Agama memberhentikan Hayati sebagai dosen pegawai negeri sipil di IAIN Bukittinggi karena melanggar disiplin. Surat Keterangan penonaktifan itu diterima Hayati pada 17 Februari 2019, tanpa ada peringatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hayati dianggap tidak masuk kerja selama 67 hari pada 2017. Hal itu berdasarkan rekam jejak kehadiran secara elektronik melalui alat
fingerprint.
Ismail menyebut alasan pemberhentian itu tidak jelas, karena selama itu Hayati sedang melakukan penelitian dan sudah mengantongi surat izin.
"Faktanya, dia masuk karena saat itu dia melakukan penelitian S3 dan posisinya ada surat izin semua," kata Ismail.
Menurut Ismail, prosedur pemberhentian PNS seharusnya didahului sanksi ringan, sedang, hingga berat. Namun, dosen bercadar tersebut tidak menerima semua itu.
Hayati juga sudah memaparkan ke Inspektorat Jenderal Kementerian Agama bahwa ketidakhadiran dirinya bukan karena malas. Dia berdalih tidak semua dosen bisa melakukan absensi menggunakan
fingerprint pada pagi dan sore hari.
Hayati pun tidak terima dengan penonaktifan tersebut karena alasan indisipliner. Dia menduga pemberhentian itu karena terkait larangan penggunaan cadar.
Hayati mengatakan Inspektorat Jenderal Kemenag memberikan dua pilihan, yaitu tetap mengajar tetapi membuka cadar atau diberdayakan sebagai pegawai saja bukan dosen.
"Alasan Itjen Kemenag adalah karena pengajaran tidak akan efektif dengan penggunaan cadar," kata Hayati.
Dosen bercadar IAIN juga menyakinkan bahwa ia memiliki bukti evaluasi dari mahasiswanya dan mereka mendukung Hayati untuk menggunakan cadar.
Hayati mengklaim memiliki bukti evaluasi dari mahasiswa yang pada umumnya mendukung penggunaan cadar ketika dirinya mengajar. Dia pun heran dengan para pimpinan kampus yang menyebut penggunaan cadar tak akan efektif dalam pengajaran.
[Gambas:Video CNN] (pmg/sas/pmg)