Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemberantasan Korupsi (
KPK) menggeledah rumah mantan politikus
Golkar,
Bowo Sidik Pangarso, di bilangan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Sabtu (30/3), terkait dugaan keterlibatannya dalam kasus suap kerja sama antara PT Pupuk Indonesia Logistik (PILOG) dengan PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK).
Selain rumahnya, komisi antirasuah juga menggeledah tiga lokasi lain. Tiga lokasi itu adalah kantor PILOG di Gedung Pusri, kantor HTK di Gedung Granadi, dan ruang bernomor 1321 di Gedung DPR.
"Dari proses penggeledahan tersebut ada penyitaan dokumen-dokumen terkait dengan kerja sama-kerja sama perkara tersebut, tentu saja ataupun informasi-informasi lain yang relevan untuk proses penyidikan ini," ujar juru bicara KPK Febri Diansyah, Senin (1/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Febri masih enggan membeberkan jenis dokumen yang mereka ambil dari lokasi-lokasi tersebut. Ia hanya memastikan dokumen-dokumen itu diperlukan untuk proses penyidikan yang sedang berlangsung.
Bowo bersama Marketing Manager PT HTK, Asty Winasti dan Indung, sebelumnya ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka suap kerja sama distribusi pupuk PT PILOG dengan PT HTK.
Bowo diduga meminta komisi kepada PT HTK atas biaya angkut yang diterima sejumlah US$2 per metric ton. Ada enam kali penerimaan yang diduga telah terjadi sebelumnya di sejumlah tempat sebesar Rp221 juta dan US$85.130.
KPK mengendus Bowo juga menerima uang di luar kasus dugaan suap kerja sama distribusi pupuk. Tim KPK kemudian menemukan uang sejumlah Rp8 miliar di Kantor PT Inersia, perusahaan milik Bowo.
Uang sekitar Rp8 miliar dalam pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu itu telah dimasukkan dalam amplop-amplop. Uang tersebut diduga bakal digunakan Bowo untuk 'serangan fajar' Pemilu 2019.
(bin/kid)