Jakarta, CNN Indonesia -- Kedua calon presiden,
Joko Widodo dan
Prabowo Subianto, dinilai terlalu berhati-hati dalam debat terakhir
Pilpres 2019. Keduanya dinilai hanya menyampaikan narasi lama di bidang ekonomi.
Prabowo sebagai penantang kembali menggulirkan isu kebocoran anggaran. Ia melancarkan serangan dengan kembali mengutip Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahwa seharusnya Indonesia bisa mendapatkan Rp4.000 triliun per tahun.
Namun APBN Indonesia hanya Rp2 ribu triliun. Prabowo menyebut anggaran Indonesia bocor Rp2.000 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian mantan Komandan Jenderal Kopassus itu kembali menyinggung soal BUMN. Mengutip
Bloomberg, Prabowo mencontohkan Garuda Indonesia hanya bisa untung kalau penumpangnya 102 persen.
"Pak Jokowi apakah mengerti dan paham apa yang terjadi di BUMN? BUMN adalah benteng terakhir ekonomi Indonesia. Saat ini kami lihat benteng itu goyah," kata Prabowo.
Sementara Jokowi sebagai petahana, kembali mengeluarkan tiga kartu baru untuk mengatasi permasalahan ekonomi. Ia memperkenalkan kembali Kartu Indonesia Pintar Kuliah, Kartu Prakerja, dan Kartu Sembako Murah.
Mantan Wali Kota Solo tersebut menjawab cibiran Prabowo soal BUMN dengan isu kepemilikan Freeport dan Blok Rokan.
Menurutnya hal ini sebagai bentuk kemampuan negara mengelola BUMN untuk kepentingan rakyat.
"Bapak boleh cek berapa setoran dividen ke APBN kita naik atau turun. Kita tahu perusahaan besar yang mengelola Blok Rokan Mahakam sudah diambil Pertamina. Freeport dulu kita 9 persen, sekarang diambil Inalum 51 persen," tutur Jokowi.
Pengamat komunikasi politik Universitas Bunda Mulia Silvanus Alvin menilai Jokowi dan Prabowo bermain aman untuk menghindari blunder.
"Tidak ada barang baru, kontroversi, karena mereka ingin jangan karena selip lidah, menimbulkan
drawback atau kemunduran bagi proses kampanye selama ini," kata Alvin saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Sabtu (13/4).
Akibatnya, kata Alvin, keduanya tak mampu membedah permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi Indonesia dalam era digitalisasi.
Padahal Jokowi sempat memantik debat soal ekonomi digital dengan menyebut
e-sports. Namun gagal dilanjutkan karena Prabowo membelokkan isu ke persoalan agraria.
Keduanya cenderung hanya menunggu kesalahan dari lawan. Alvin menilai Prabowo sempat melakukan blunder, tapi tak mampu dimanfaatkan Jokowi dengan baik.
"Saat bahas
tax ratio kan bilang bukan salah Jokowi, tapi presiden-presiden sebelumnya. Kan, ada SBY di koalisinya, ada Tommy dan Titiek juga anak dari Soeharto," kata Alvin.
Dihubungi terpisah, pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno mengatakan debat berjalan datar karena Jokowi dan Prabowo terjebak isu elitis.
Tema ekonomi gagal dibahasakan secara membumi, baik oleh Jokowi sebagai petahana maupun Prabowo sebagai penantang.
Padahal menurut Adi isu ekonomi seksi untuk meraih pemilih rasional yang kebanyakan masih masuk kelompok pemilih mengambang.
"Ekonomi digital malah bahas
e-sport, tidak semua orang mengerti. Kenapa tidak memperkenalkan gaya industri baru yang dikelola anak muda, terus memperkenalkan misal ada Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak. Lebih mudah dipahami," ujar Adi saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Sabtu (13/4).
Baju Koko JokowiAdi menyampaikan akibat isu elitis, debat terakhir Pilpres 2019 menjadi minim
gimmick politik dan kejutan. Satu-satunya
gimmick yang menonjol adalah baju koko putih Jokowi.
Jokowi memang mengusung pakaian putih selama kampanye. Namun kali ini ia mengenakan baju koko khas muslim disertai peci hitam.
"Ini upaya Jokowi-Ma'ruf ingin menunjukkan sisi nasionalis religius. Tidak cukup kemeja, koko putih dan kopiah digunakan. Simbolisasi penting," tutur Adi.
Hal ini, kata Adi, juga dilakukan Jokowi untuk menangkal isu anti-Islam dan tak ramah terhadap ulama.
Adi juga menyoroti Yusuf Mansur yang diundang sebagai bagian dari TKN di debat kali ini. Bahkan Yusuf dijadikan perwakilan saat debat akan ditutup.
"Dua-tiga hari ini tokoh agama karismatik menentukan pilihan, UAS, Aa Gym, ke Prabowo. Tentu catatan besar Jokowi menampilkan ulama-ulama karismatik seperti Yusuf Mansur dan TGB," kata dia.
"Ini efektif, setidaknya di bawah, orang sudah mulai tidak mempertanyakan hubungan Jokowi dengan Islam," ujarnya.
[Gambas:Video CNN] (dhf/dal)