Dua tahun mengais puing-puing rezeki dari hotel dan karaoke, angin segar datang di 2017. PT Pembangunan Perumahan (Persero). Badan Usaha milik Negara (BUMN) karya itu menyewa hotel milik Yuli untuk dijadikan tempat tinggal karyawan.
Harapan dari PT Pembangunan Perumahan bukan sekedar setoran sewa bagi Yuli tapi lebih jauh lagi. Perusahaan plat merah itu tengah membangun asa untuk para ‘korban’ badai Trans Jawa bernama Pelabuhan Patimban.
Pelabuhan Patimban merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dibangun dengan nilai Rp43,2 triliun. PT PP sendiri menjadi salah satu kontraktor pelaksana bersama-sama dengan Penta Ocean, Toa, dan Rinkai dari perusahaan marine construction Jepang, dan PT Wijaya Karya.
Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas menyebut Pelabuhan Patimban diharapkan menjadi penstimulus pengembangan wilayah di daerah Subang. Pelabuhan ini diperkirakan memiliki kapasitas hingga 7,5 juta peti kemas. Diperkirakan pelabuhan ini akan jadi salah satu pusat keramaian baru di wilayah Jawa Barat bagian utara.
“Setelah Patimban, mudah-mudahan saja ada investor masuk sini ngasih modal,” harap Yuli dengan mata berbinar.
Membuka usaha di luar jalur Pantura juga menjadi salah satu siasat bertahan. Yuli berjudi dengan membuka Rumah Makan Markoni di Jalan Raya Sembung, dekat dengan pintu keluar tol Cipali arah Subang pada 2017.
Pasca-buka di sana, PO bus pun mulai kembali berdatangan untuk bekerjasama dengan Yuli. Menurutnya beralih tempat usaha adalah salah satu cara yang harus dilakukan untuk bertahan dari kemerosotan usaha di sepanjang Pantura.
Berpindah tempat juga dilakukan Warung Makan Kita. Bedanya, mereka memilih untuk buka di tempat peristirahatan (rest area) Tol Trans Jawa kilometer 294. Salah satu pegawai, Sisca (20), mengklaim usahanya lebih ramai dibanding di tempat asalnya di Pantura, tepatnya di Tegal, Jawa Tengah.
Selain restoran dan rumah makan, usaha SPBU pun ikut bersiasat. Tol Trans Jawa juga memberikan imbas negatif pada sektor ini. SPBU Muri Tegal misalnya, penurunan penghasilan cukup terasa akibat tol Trans Jawa. Untuk menghadapi itu SPBU yang sudah berdiri sejak 2006 silam ini memilih untuk membuka cabang baru di rest area km 228 Tol Trans Jawa.
“Solusinya ya harus nyari tempat yang dekat sana biar langganan yang biasa di sini balik lagi. Sekarang ya Alhamdulillah sudah pada balik lagi langganannya,” kata Supervisor SPBU Muri Fikri.
Kendati kini Pantura tak lagi jadi jalur emas untuk pengusaha restoran, pedagang, dan SPBU, harapan berbisnis di sana masih ada. Yuli misalnya, dia berharap pada Pelabuhan Patimban dapat kembali meramaikan Pantura yang kini sepi.