Jakarta, CNN Indonesia -- Kepulan tebal asap rokok berhembus dari mulut dan hidung Surip,
sopir bus antar kota, saat menanti penumpang di Terminal Pulo Gebang. Sesekali, wajah pria paruh baya pengemudi bus P.O Sahabat ini termenung.
Ketika
CNNIndonesia.com menghampiri ia mengaku termenung karena harus melewatkan perayaan
Idul Fitri bersama keluarga dan sanak saudara di kampung halaman. Alasannya tak lain, karena duit.
Ia bercerita dompetnya tipis lantaran bus yang dikendarainya minim penumpang ke arah tujuan Kuningan, Jawa Barat. Tujuan ini tidak jauh dengan kampung halamannya, yaitu Cirebon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena penumpang sepi, jadi saya juga tidak pulang. Mau pulang juga bagaimana? Kan harus beli perlengkapan, beri amplop, dan lain-lain," ujar pria yang memiliki empat orang anak ini, Senin (3/6).
 Surip, pengendara bus antar kota P.O Sahabat. (CNN Indonesia/Jonathan Patrick). |
Menurut Surip, minimnya penumpang bus tujuan Kuningan, tak lain karena gencarnya program mudik gratis yang digadang-gadang pemerintah maupun berbagai korporasi.
"Memang, program mudik gratis mengurangi pendapatan kami. Biasanya, kami (sopir) begitu datang bisa langsung berangkat tanpa harus nge-tem (menunggu) lama-lama. Sekarang, sampai 2-3 hari tetap nge-tem di terminal. Tahun lalu, cuma sehari," imbuh dia.
Dilema, memang. Di satu sisi, Surip tak menampik program mudik gratis menguntungkan orang kecil. Namun, di sisi lain, orang kecil lainnya, seperti sopir bus (dirinya) terdampak sepi penumpang.
Ia sangat berharap program mudik gratis dikurangi, sehingga penumpang bus tidak 'mati'. "Orang kecil yang kerja mungkin mau pulang kampung tidak ada uang, makanya pilih gratisan. Tetapi, untuk sopir dan kenek (bus antar kota) biasanya ada penumpang, jadi tidak ada. Serba salah," katanya.
Minimnya penumpang bus antar kota yang dikendarai Surip membuat ia tidak bisa menggunakan penghasilan untuk berlebaran dengan keluarganya. Alih-alih lebaran, penghasilannya malah habis untuk keperluan sehari-hari, seperti makan, kopi, rokok.
"Makan tetap. Utang juga iya. Rokok kencang. Begitu bus berangkat, penumpang bayar. Jadi, kami dapat uang itu bukan buat rumah, tetapi buat bayar utang warung dulu," tutur dia.
Dalam kesempatan yang sama, sopir bus P.O Sahabat lainnya, Arif punya cerita serupa. Ia bahkan mengaku pernah nge-tem selama enam hari berturut-turut di Tanjung Priok, karena bus yang dikendarainya tak kunjung penuh oleh penumpang.
Jika saja ia memaksakan mengendarai bus dengan jumlah penumpang yang minim, maka ia memastikan tak akan sanggup membayar setoran ke perusahaan bus tempat ia bekerja.
[Gambas:Video CNN]"Kalau sampai 40 penumpang itu bisa dapat Rp4 juta untuk tujuan Kuningan. Untuk setoran Rp2 juta, sisanya buat saya Rp2 juta. Buat beli solar Rp1,2 juta pulang-pergi, buat tol Rp300 ribu. Berarti buat kru Rp500 ribu, yaitu saya (sopir) Rp300 ribu, dan Rp200 ribu untuk kenek," imbuh dia.
Seperti diketahui, sejumlah instansi menyelenggarakan mudik gratis. Kebanyakan mudik gratis digelar untuk tujuan Pulau Jawa, dan sebagian lain ke Pulau Sumatera. Penyelenggaranya pun beragam mulai dari Kementerian/Lembaga, Perusahaan BUMN, perusahaan swasta, hingga pemerintah provinsi.
(jnp/bir)