Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua DPR RI
Fadli Zon menyebut cerita kerusuhan di sekitar Gedung Badan Pengawas Pemilu (
Bawaslu), Jakarta Pusat pada 21 hingga
22 Mei silam yang telah diungkap oleh pemerintah, bias.
Fadli tak membeberkan cerita apa saja yang menurutnya bias. Dia hanya menyebut insiden kerusuhan di sekitar Gedung Bawaslu seharusnya diungkap lebih holistik dengan membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
"Seharusnya lebih holistik. Jangan menjadi satu versi. Tentu kalau versinya versi pemerintah sangat bias, seharusnya dibentuk satu TGPF," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa (11/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia melanjutkan bahwa pengungkapan kasus yang dilakukan pemerintah seperti saat ini justru merugikan, menimbulkan tuduhan, dan pembentukan opini terhadap terduga pelaku.
Menurutnya, pembentukan TGPF juga penting demi menghindari lahirnya konflik kepentingan karena pemerintah saat ini merupakan aktor dari politik yang tengah berlangsung.
"Harus ada satu penelitian yang mendalam, bukan hanya satu versi saja. Karena satu versi pasti akan ada
conflict of interest. Siapa yang dirugikan, tuduhan-tuduhan,
framing terhadap para pelaku, apalagi dengan pemerintah yang sekarang merupakan ikut bagian dari aktor politik yang sedang berlangsung," kata politikus Partai Gerindra itu.
Fadli pun menyampaikan pembentukan TGPF akan memberikan kejelasan seputar latar belakang, pelaku, korban, hingga kerugian yang ditimbulkan dari insiden kerusuhan di sekitar Gedung Bawaslu.
Menurutnya, pembentukan TGPF akan memberikan titik terang terkait korban dan orang-orang yang dikabarkan hilang di tengah kerusuhan tersebut.
"Sehingga ada independensi dari tim ini untuk membongkar apa yang sesungguhnya terjadi dan kenapa sampai timbul korban jiwa, kemudian mungkin bisa dipelajari tentang siapa yang melakukan dan seterusnya," kata dia.
Sebelumnya, Polri mengungkap sejumlah aktor yang diduga terlibat dalam kerusuhan 22 Mei dan rencana pembunuhan empat tokoh nasional.
Kadiv Humas Polri Irjen Mohamad Iqbal menyebut ada perencanaan matang di balik kerusuhan di depan Gedung Bawaslu dan wilayah lainnya di Jakarta, pada 21 dan 22 Mei 2019 silam.
Iqbal bahkan menyebut ada dalang yang memobilisasi massa ke sejumlah titik kerusuhan itu.
"Sudah ada perencanaan matang, ada
mastermind untuk memobilisasi massa dan dimasukkanlah ke beberapa titik [kerusuhan]," kata Iqbal saat menyampaikan keterangan pers di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat.
Menurut dia, keberadaan
mastermind ini dipastikan berdasarkan perbedaan massa yang melakukan demonstrasi damai di depan Gedung Bawaslu dengan massa yang merusuh di sejumlah titik. Massa-massa perusuh itu, kata dia, juga menyerang anggota Polri, merusak sejumlah fasilitas polisi dan fasilitas publik.
(mts/wis)