
KLHK Klaim Tambang dan Perkebunan Bukan Dalang Banjir Konawe
CNN Indonesia | Jumat, 14/06/2019 07:38 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut banjir yang terjadi di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, bukan disebabkan oleh tambang dan perkebunan di wilayah tersebut. Pasalnya, luas dua jenis lahan itu tak sampai 5 persen dari luas area tangkapan air.
Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Saparis Soedarjanto mengatakan kontribusi tambang, perkebunan, dan pertanian terhadap banjir di sana tidak signifikan.
Menurutnya, luas wilayah tambang di sana hanya 828 hektare atau 0,13 persen dari luas total wilayah tangkapan air yang mencapai 600 ribu hektare. Jika ditambah wilayah pertanian kering seluas 10 ribu hektare dan perkebunan, total luasnya tidak sampai lima persen dari luas tangkapan air di sana.
"Misalnya ditambah perkebunan, dibawah 5 persen lah totalnya. Artinya ya mereka cuma 5 persen dari daerah tangkapan air itu," kata pria yang akrab disapa Toto itu kepada CNNIndonesia.com, Kamis (13/6).
Kendati begitu Toto juga tidak menyangsikan bahwa erosi dan sedimentasi dari pertanian lahan kering, tambang ikut berkontribusi. Hal itu terlihat dari warna air banjir yang cokelat.
Namun, warna cokelat itu tidak hanya disebabkan oleh erosi dan sedimentasi tambang, perkebunan dan pertanian. Menurut dia warna cokelat itu juga disebabkan oleh tanah yang ada di sana. Pasalnya, kata dia, karakteristik tanah di sana cenderung mudah tererosi.
"Memang erosi dan sedimentasi menyebabkan pendangkalan sehingga kapasitas kampung dan kapasitas mengalirkan jadi berkurang," ujarnya
"Memang ada [sedimentasi] dari tambang, tapi cuma 0,13 persen. Dia (Konawe) ada tambang, cuma 0,13 persen, ada kebun pertanian kering. Itu dikumulatifkan di bawah 5 persen, ya pastinya tidak signifikan [kontribusinya pada banjir]," lanjut Toto.
Lubang Bekas Tambang
Selain Konawe Utara, banjir juga terjadi di sebagian wilayah Samarinda, Kalimantan Timur. Toto mengatakan banjir di sana juga bukan terjadi akibat aktivitas tambang batu bara di wilayah tersebut.
Diketahui, wilayah Kalimantan banyak terdapat aktivitas tambang batu bara dan mengakibatkan lubang bekas galian tambang. Lubang-lubang itu ditengarai menjadi salah satu penyebab banjir di sana.
"Tambang batu bara itu kan berupa kolam-kolam gitu kan malah dia justru dia menyimpan air jadi air tidak melimpah tertangkap di kolam itu kan," kata Toto
Namun, kata Toto, banjir di sana terjadi karena curah hujan yang tinggi. Hal itu kemudian ditambah dengan wilayah yang terkena banjir itu berada di dekat delta mahakam.
Sebelumnya, banjir bandang yang melanda sebagian wilayah di Sulawesi dan Kalimantan Timur memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat banjir di Sulawesi terjadi di sejumlah kota dan kabupaten di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Salah satu wilayah paling parah terdampak banjir adalah Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. BNPB mencatat perkembangan situasi per 9 Juni 2019, banjir di Kabupaten Konawe Utara mengakibatkan 1.091 KK atau 4.198 jiwa mengungsi.
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Tenggara menyebut ada 71 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kabupaten Konawe Utara hanya pada periode 2009-2012.
Gubernur Sultra Ali Mazi menepis rumor kaitan antara banjir dan tambang di Kapupaten Konawe Utara. Menurut dia, banjir tersebut bukan karena aktivitas pertambangan, akan tetapi "kehendak Yang Maha Kuasa".
"Untuk penyebab banjir di Konawe Utara, kita jangan sembarang berspekulasi, perlu dilakukan kajian ilmiah, jangan kemudian kita langsung beranggapan bahwa penyebab banjir ini adalah karena aktivitas tambang," kata dia, dikutip dari Antara.
(SAH/arh)
Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Saparis Soedarjanto mengatakan kontribusi tambang, perkebunan, dan pertanian terhadap banjir di sana tidak signifikan.
"Misalnya ditambah perkebunan, dibawah 5 persen lah totalnya. Artinya ya mereka cuma 5 persen dari daerah tangkapan air itu," kata pria yang akrab disapa Toto itu kepada CNNIndonesia.com, Kamis (13/6).
Kendati begitu Toto juga tidak menyangsikan bahwa erosi dan sedimentasi dari pertanian lahan kering, tambang ikut berkontribusi. Hal itu terlihat dari warna air banjir yang cokelat.
![]() |
"Memang erosi dan sedimentasi menyebabkan pendangkalan sehingga kapasitas kampung dan kapasitas mengalirkan jadi berkurang," ujarnya
"Memang ada [sedimentasi] dari tambang, tapi cuma 0,13 persen. Dia (Konawe) ada tambang, cuma 0,13 persen, ada kebun pertanian kering. Itu dikumulatifkan di bawah 5 persen, ya pastinya tidak signifikan [kontribusinya pada banjir]," lanjut Toto.
Selain Konawe Utara, banjir juga terjadi di sebagian wilayah Samarinda, Kalimantan Timur. Toto mengatakan banjir di sana juga bukan terjadi akibat aktivitas tambang batu bara di wilayah tersebut.
Diketahui, wilayah Kalimantan banyak terdapat aktivitas tambang batu bara dan mengakibatkan lubang bekas galian tambang. Lubang-lubang itu ditengarai menjadi salah satu penyebab banjir di sana.
![]() |
Namun, kata Toto, banjir di sana terjadi karena curah hujan yang tinggi. Hal itu kemudian ditambah dengan wilayah yang terkena banjir itu berada di dekat delta mahakam.
Sebelumnya, banjir bandang yang melanda sebagian wilayah di Sulawesi dan Kalimantan Timur memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi.
Salah satu wilayah paling parah terdampak banjir adalah Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. BNPB mencatat perkembangan situasi per 9 Juni 2019, banjir di Kabupaten Konawe Utara mengakibatkan 1.091 KK atau 4.198 jiwa mengungsi.
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Tenggara menyebut ada 71 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kabupaten Konawe Utara hanya pada periode 2009-2012.
![]() |
"Untuk penyebab banjir di Konawe Utara, kita jangan sembarang berspekulasi, perlu dilakukan kajian ilmiah, jangan kemudian kita langsung beranggapan bahwa penyebab banjir ini adalah karena aktivitas tambang," kata dia, dikutip dari Antara.
(SAH/arh)
ARTIKEL TERKAIT

BNPB: 16 Ribu Jiwa Terdampak Banjir di Kutai Kartanegara
Nasional 6 bulan yang lalu
Diterpa Banjir dan Konflik, Sultra Tetapkan Tanggap Darurat
Nasional 6 bulan yang lalu
BPBD Catat 30 Ribu Warga Korban Terdampak Banjir Samarinda
Nasional 6 bulan yang lalu
FOTO: Banjir Bandang Terjang Konawe Sulawesi Tenggara
Nasional 6 bulan yang lalu
Ribuan Orang Mengungsi Ekses Banjir Sulawesi dan Kalimantan
Nasional 6 bulan yang lalu
H-1 Lebaran, Banjir Landa Kapuas Hulu Kalbar
Nasional 6 bulan yang lalu
BACA JUGA

12 Tewas dalam Serangkaian Bencana di Prancis Selatan
Internasional • 03 December 2019 03:45
Tim Penyelamat Banjir Tewas dalam Kecelakaan Helikopter
Internasional • 02 December 2019 11:03
9 Orang Tewas Akibat Longsor di Tiga Negara Eropa
Internasional • 27 November 2019 18:30
Warga Harus Sadar Indonesia Dibanjiri 71 Juta Ton Sampah 2025
Teknologi • 22 November 2019 08:56
TERPOPULER

Nadiem: UN Tak Dihapus, Formatnya yang Diganti Asesmen
Nasional • 1 jam yang lalu
Pengintimidasi Anggota Banser di Jaksel Diringkus Polisi
Nasional 2 jam yang lalu
Lutfi Pembawa Bendera Didakwa Pasal Melawan Petugas
Nasional 2 jam yang lalu