Jakarta, CNN Indonesia --
Relawan Sapu Bersih Ranjau Paku atau yang terkenal dengan nama SABER terbentuk tahun 2010. Berawal dari keresahan tiga orang pegiat bernama Rohim, Siswanto dan Umang. Awalnya mereka menyisir jalanan di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat dengan menggunakan sepeda onthel dan besi berani menyapu paku-paku yang bertebaran tidak lazim.
Rutin menyapu ranjau paku di beberapa titik kepadatan Jakarta, organisasi yang sudah berumur 9 tahun ini berkembang dan mendapat pengakuan dari pemerintah. Setahun setelah SABER mengukuhkan organisasi sapu ranjau ini, Polda Metro Jaya menyambut dengan penghargaan yang diserahkan langsung oleh Irjen Pol Dr. Drs. H. Untung Suharsono Radjab, S.H., M.Si.
Namun, dibalik niat tulus para relawan menyapu material proyek yang tidak lazim bertebaran di jalanan, ada banyak oknum yang tidak senang. Siswanto mengaku pernah disenggol pengendara motor yang belakangan diketahui oknum penyebar paku dan pernah juga mendapat ancaman untuk dibunuh jika masih melakukan kegiatan sapu ranjau paku yang sengaja ditebar itu.
Tidak gentar mendengar ancaman tersebut, para relawan semakin semangat menyapu ranjau-ranjau ini. Terhitung selama 6 tahun mengumpulkan paku-paku di beberapa titik di Jakarta, relawan SABER sudah mengumpulkan 3 ton lebih paku dan paku-paku ini di jual dengan harga 2200 per kilo.
Keberadaan para relawan SABER membuat penghasilan para tukang tambal ban menurun drastis, kata Siswanto. Salah seorang bos dari pemilik tambal ban bahkan menawarkan sejumlah uang kepada Siswanto melalui seorang mediator yang dengan tegas ditolak dan akan terus dilawan.
Semua yang dilakukan Siswanto ini berangkat dari visi dan misinya yang menginginkan Jakarta harus bersih dari ranjau paku.