Jakarta, CNN Indonesia -- Dinamika di tubuh Partai
Golkar kembali terjadi jelang Musyawarah Nasional untuk memilih Ketua Umum pada Desember 2019. Dinamika itu muncul setelah Wakil Koordinator Bidang Pratama Golkar
Bambang Soesatyo menyatakan maju sebagai penantang
Airlangga Hartarto selaku bakal calon petahana.
Bamsoet yang kini menjabat sebagai Ketua DPR mengklaim telah mendapat dukungan dari sejumlah DPD Golkar tingkat I dan organisasi sayap partai. Sementara Airlangga secara mengejutkan memboyong 34 Ketua DPD Golkar menghadap Presiden Joko Widodo.
Direktur Ekseskutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin menilai keduanya memiliki peluang yang sama untuk menjadi Caketum Golkar. Sebab, Airlangga dan Bamsoet merupakan tokoh senior yang kini ada di tubuh partai berlambang pohon beringin itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dua-duanya punya peluang menjadi Ketum karena tokoh senior di Golkar. Artinya sudah makan asam-garam di Golkar dari mulai bawah," ujar Ujang kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (2/7).
Meski sama-sama senior, Ujang menyebut Airlangga selaku petahana memiliki
power yang lebih besar dari Bamsoet. Sebagai Ketum saat ini, Airlangga yang menentukan siapa kader yang bisa mencalonkan sebagai caketum.
Bahkan, ia menyinggung peran Airlangga ketika merekomendasikan Bamsoet sebagai Ketua DPR.
Terkait dengan power itu, Ujang mengaku tidak heran ketika Bamsoet mendesak Munas digelar lebih cepat, yakni pada Oktober 2019. Ia menilai mempercepat Munas merupakan cara agar Bamsoet dapat memaksimalkan posisinya sebagai Ketua DPR untuk menggalang dukungan.
Lewat posisi Ketua DPR, ia menyebut Bamsoet bisa menggalang dukung di pengurus daerah hingga eksekutif.
"Pasca Oktober yang akan dominan adalah Airlangga. Lalu Bamsoet tidak punya kekuasaan, tidak lagi jadi Ketua DPR. Artinya posisi Bamsoet akan lemah," ujarnya.
Selain dukungan DPD, Ujang menyampaikan restu dari presiden dan senior juga merupakan hal yang perlu dipenuhi oleh setiap Caketum Golkar. Tanpa dua elemen itu, ia meyakini sulit bagi caketum golkar menang di Munas.
Senada, Direktur Eksekutif PARA Syndicate, Ari Nurcahyo menilai Airlangga dan Bamsoet memiliki modal sosial dan politik yang cukup untuk bersaing menjadi Ketum Golkar. Peluang itu semakin bertambah mengingat Golkar bukan merupakan parati yang bergantung pada satu tokoh.
"Partai Golkar sebenarnya partai modern, tidak tergantung bagaimana siapapun yang kemudian duduk di kursi kepemimpinan," ujar Ari kepada
CNNIndonesia.com.
Meski demikian Bamsoet lebih memiliki peluang yang lebih besar dari Airlangga dalam segi jaringan. Ari mencontohkan, Bamsoet memiliki jaringan di sejumlah organisasi seperti FKPPI, PP, hingga HMI.
Tak hanya itu hubungan yang kurang baik antara Airlangga dan senior Golkar ketika Pemilu 2019 juga menjadi faktor yang menguntungkan Bamsoet. Menurut Ari, sejumlah senior Golkar sempat kecewa dengan Airlangga yang gagal memberikan dukungan 100 persen bagi Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.
"Nah makanya konsilidasi Airlangga lewat DPD-DPD dan Bamsoet lewat sesepuh Golkar," ujarnya.
Lebih dari itu dinamika politik di internal Golkar bakal semakin menguat ketika mendekati munas. Setiap caketum berpotensi mengambil atau kehilangan dukungan jika tidak dapat meyakinkan dukungannya.
[Gambas:Video CNN] (jps/osc)