Jakarta, CNN Indonesia -- Ninggar Gultom (54 tahun)
semringah mendengar kata 'monggo' yang terucap spontan dari Ketua Masjid Darussalam, Haji Aricasmo, Senin pekan lalu. Kata 'monggo' itu menghilangkan cemas Gultom yang bingung menggelar upacara
tutup peti mendiang istrinya.
Rumah Gultom berada di gang sempit di Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat. Peti Jenazah tak muat, mustahil menggelar upacara khas Katolik itu untuk istri di rumah. Gultom coba peruntungan dengan meminta izin pengurus Masjid Darussalam di ujung gang rumahnya.
"Saya tidak
kepikiran kalau peti jenazah itu enggak muat di gang. Akhirnya minta izin Ketua Masjid Darussalam untuk menggelar upacara di pelataran masjid," Kata Ninggor mengenang kisahnya yang jadi viral tersebut kepada
CNNIndonesia.com di kediamannya, Cempaka Baru, Senin (2/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan penelusuran
CNNIndonesia.com ke kediaman Ninggor, jalan akses masuk menuju pintu rumah Ninggor terletak berada di dalam gang kecil samping Masjid Darussalam. Terlihat lebar gang tersebut hanya dapat dilewati satu sepeda motor.
Kebijaksanaan pengurus masjid membuat hati Ninggor haru. Padahal dia tahu, tiap Senin merupakan jadwal pengajian rutin jemaah Masjid Darussalam.
"Tapi atas kebijaksanaan ketua masjid dan pengurus, 'monggo' katanya, nanti pengajian diundur," ujar Ninggor meniru restu Haji Aricasmo.
Warga ternyata tak hanya bersedia mengundur pengajian. Menurut Ninggor warga sekitar juga antusias membantu proses acara. Para tetangga muslim turut serta mengantar jenazah istrinya ke Tempat Pemakaman Umum (TPU).
"Mereka membantu menyiapkan upacara, menutup jalan, menyediakan kursi, memberikan makan minum tamu-tamu. Tanpa diminta tolong, mereka bergerak sendiri," kata Ninggor.
Sementara itu, salah satu pengurus Masjid Agus (45) menyebut upacara tutup peti mendiang istri Ninggar Gultom berlangsung setengah jam, dimulai
ba'da Zuhur. Agus membenarkan pihak pengurus masjid membantu untuk menyiapkan kursi hingga mengangkat jenazah.
"Mulainya itu jam setengah satu siang, berlangsung selama sejam. Ya pengurus masjid sama warga sini ikut bantu-bantu angkat peti jenazah, tutup jalan, sama
siapin kursi juga," Katanya.
Agus mengatakan bahwa warga Cempaka Baru tidak pernah mengalami permasalahan ataupun konflik antaragama di lingkungannya.
"Saya sudah puluhan tahun disini, enggak pernah ada konflik. Saling menghormati saja, anteng- anteng, saling bantulah," katanya.
Alhasil, kisah dari Masjid Darussalam Cempaka Baru itu pun jadi vital. Foto kebaktian tutup peti pertama kali diunggah akun Facebook Jefferson Goeltom, 26 Agustus 2019. Hingga saat ini, postingan tersebut telah dibagikan sebanyak 10 ribu kali, dengan 11 ribu komentar bernada positif tentang toleransi beragama.
(ary/ain)