Jakarta, CNN Indonesia -- Pengacara Mahasiswa Papua bernama Michael Himan menyebut sekitar 800 mahasiswa
Papua yang tengah menetap di Jawa dan Bali sudah kembali ke daerah kampung halamannya dan enggan untuk kembali ke asrama. Dia mengatakan bakal ada lagi gelombang mahasiswa Papua yang memutuskan untuk pulang.
Michael menyebut keputusan mereka untuk eksodus karena merasa tidak nyaman usai terjadi kasus rasialisme di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya beberapa waktu lalu. Mereka juga sudah merasa tidak aman.
"Sekarang saya jujur mahasiswa yang ada di Papua yang ada di se-Jawa Bali sudah pada eksodus, dan sekarang tahap pertama sudah, tahap kedua (sudah), sekarang tahap ketiga sedang konsolidasi untuk mereka tidak akan pernah lagi kuliah di se-Jawa dan Bali," ujarnya di Hotel Ashley, Jakarta Pusat, Kamis (12/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Michael menjelaskan 800 mahasiswa itu merupakan yang kembali ke Papua dan Papua Barat di gelombang pertama. Sedangkan untuk mahasiswa yang kembali di gelombang kedua, dia mengaku belum tahu pasti.
Gelombang pertama dan kedua, lanjutnya, adalah mahasiswa yang selama ini tinggal di Jakarta, Surabaya, Bali, Manado dan Makassar. Sedangkan gelombang ketiga yang sedang konsolidasi berasal dari Jabodetabek.
Michael mengatakan beberapa dari mereka juga memutuskan untuk mengundurkan diri dan memilih masuk perguruan tinggi di Papua.
"Sekarang saja lebih dari 800. Kuliahnya ada yang mereka sudah ambil pengunduran diri untuk pindah ke universitas di Papua," tuturnya.
Menurut Michael, aksi yang berlangsung di depan Istana dan berujung pada penahanan enam mahasiswa bertujuan untuk melakukan eksodus. Dia pun membantah jika mahasiswa ingin melakukan referendum.
"Tujuannya untuk setelah kumpul di massa aksi mau pulang semua bukan untuk referendum," ucapnya.
Sebelumnya, Kapolda Papua Inspektur
Jenderal Rudolf Alberth Rodja mengakui saat ini tercatat 700 mahasiswa asal Papua yang telah kembali pulang dan berada di Jayapura.
"Sekitar 700 mahasiswa yang sudah pulang itu terbanyak yang kuliah di Manado," kata Rudolf usai melakukan pertemuan dengan Rektor Universitas Cenderawasih dan Pembantu Rektor III Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) di Jayapura, Senin (9/9).
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto menyebut eksodus ratusan mahasiswa tersebut akibat dari provokasi dan informasi bohong. Ia mengatakan ada pihak yang menyebar isu bahwa mahasiswa Papua-Papua Barat yang mengenyam pendidikan di luar daerahnya akan menerima tekanan dan ancaman.
"(Eksodus) ini akibat dari adanya provokasi, akibat adanya informasi yang tidak benar," ujar Wiranto di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin (9/9).
[Gambas:Video CNN]
(gst/bmw)