Semarang, CNN Indonesia -- Sejumlah pejabat di
Jawa Tengah menyatakan sikap untuk tetap memberikan salam
semua agama di tiap acara sebagai bentuk menghormati masyarakat Jawa Tengah yang majemuk. Misalnya Kapolda Jawa Tengah Irjen Polisi Rycko Amelza Dahniel.
Rycko menyatakan tetap akan menggunakan salam semua Agama dalam acara yang melibatkan masyarakat umum. Rycko pun menyebut bila salam seluruh agama adalah bentuk toleransi dan kasih sayang dari ajaran Islam yang diterimanya selama ini.
"Saya tetap akan menggunakan salam semua agama, bagi saya tidak masalah. Salam semua Agama adalah bentuk menghormati masyarakat dan kasih saya sesuai ajaran Islam yang saya terima sampai saat ini," kata Rycko, Selasa (12/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang sama juga diungkapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang berharap pengucapan salam untuk semua agama tidak diperdebatkan.
Ganjar merasa masih ada hal yang lebih substantif dibanding mempermasalahkan salam 'kebinekaan' itu.
"Spirit salam semua agama adalah sama. Assalamualaikum, Shalom, Namo Buddhaya, om Swastiastu dan lainnya. Itu disampaikan karena di acara melibatkan banyak audiens yang tidak berasal dari satu agama. Semua salam itu sama, tidak perlu dipertentangkan," ungkap Ganjar.
Penggunaan salam beda agama juga tetap akan digunakan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di tiap acara umum, baik formal maupun non formal. Hendrar bahkan meminta agar masyarakat Kota Semarang tidak perlu resah dengan kabar larangan salam beda agama.
"Yang baik-baik saja. Selama ini sudah berjalan baik dan tidak ada masalah. Masyarakat sendiri jangan terpancing, semua harus menghormati", ujar Hendrar.
[Gambas:Video CNN]Pihak MUI Jawa Tengah bahkan menyatakan tidak akan mengeluarkan rekomendasi seperti halnya MUI Jawa Timur.
Ketua MUI Jawa Tengah Ahmad Daroji menilai salam agama tidak selalu identik dengan ibadah sehingga masyarakat Jawa Tengah termasuk para Pejabat dibebaskan untuk memberikan salam sebagai penghormatan terhadap warganya yang menganut beragam Agama atau keyakinan.
"Pejabat daerah seperti Gubernur, Bupati, Wali Kota, Kapolda, Pangdam adalah milik masyarakat di daerahnya masing-masing, dimana pastinya warganya terdiri dari beragam Agama dan Kepercayaan," ujarnya.
"Jadi justru harus menyapa dengan salam tiap Agama, untuk menghormati masyarakatnya. Itu kan hanya salam, bukan ibadah," kata Ketua MUI Jawa Tengah Ahmad Daroji.
Sebelumnya, MUI Jawa Timur menyatakan pengucapan salam semua agama merupakan sesuatu yang bidah, mengandung nilai syuhbat, dan patut dihindari oleh umat Islam.
Lewat surat yang ditandatangani Ketua KH. Abdusshomad Buchori dan Sekretaris Umum Ainul Yaqin, MUI Jatim mengimbau umat Islam dan para pemangku kebijakan atau pejabat untuk menghindari pengucapan salam dari agama lain saat membuka acara resmi.
Pernyataan MUI Jawa Timur itu merupakan hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI di Nusa Tenggara Barat, 11-13 Oktober 2019 lalu yang dituangkan dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019.
(osc/asa)