BMKG: Pascagempa Susulan Ribuan Kali, Ambon Mulai Stabil

Antara | CNN Indonesia
Rabu, 04 Des 2019 04:02 WIB
BMKG menyebut kondisi kota Ambon berangsur stabil setelah didera ribuan gempa susulan pascagempa utama pada 26 September lalu.
Ambon berangsur normal setelah ribuan gempa susulan terjadi menyusul gempa utama yang terjadi 26 September lalu (AISYAH PUTRI / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan kota Ambon sudah memasuki periode post seismic. Artinya, kota ini sudah kembali normal pascagempa susulan yang berlangsung ribuan kali.

Gempa Ambon terjadi pada 26 September 2019 didahului gempa pendahuluan yang terdeteksi pada 18 Agustus 2019. Gempa pendahuluan ini terjadi dalam kluster pusat gempa dengan kekuatan kecil. Setelah gempa utama, terjadi gempa susulan hingga 2.614 kali dan yang dirasakan sebanyak 292 kali.

"Setelah terjadi gempa berkekuatan 6,5 SR di pulau Ambon dan sekitarnya disertai gempa susulan, maka saat ini menuju kondisi stabil atau normal," katanya, saat sosialisasi dan edukasi bencana di Ambon, Selasa (3/12) seperti dikutip Antara.

"Gempa utama yang terjadi dengan pola sesar gempa susulan tidak bersumber dari sesar gempa utama, sehingga menjadi faktor gempa susulan di Ambon," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daryono mengatakan, banyak dan lamanya gempa susulan disebabkan oleh "stress drop" yang rendah. Gempa dengan stress drop rendah cenderung memproduksi gempa susulan lebih banyak.

Selain itu cerminan kondisi batuan di zona gempa yang rapuh, dan adanya triggered off fault seismicity (gempa terpicu di sesar yang berada di luar bidang gempa utama).

[Gambas:Video CNN]


"Banyak dan lamanya gempa susulan ini jangan ditafsirkan seolah masih menyimpan ancaman besar, tetapi yang terjadi Ambon kini memasuki periode stabil atau normal," ujarnya.

Diakuinya, beberapa pelajaran dari gempa yang terjadi di Ambon yakni perlu adanya identifikasi struktur sesar aktif dasar laut sekitar Ambon.

Mewaspadai jalur-jalur sesar aktif, selanjutnya menata ruang dan bangunan berbasis resiko bencana.

Yang terpenting lanjutnya, gempa tidak membunuh. Tetapi, banyaknya bangunan yang rubuh akibat gempa menjadi penting untuk membuat bangunan tahan gempa.

Gempa magnitudo relatif kecil dapat menimbulkan kerusakan, jika struktur bangunan lemah.

"Karena itu masyarakat diimbau agar jangan mudah percaya isu dan ramalan yang akan terjadi gempa besar, karena gempa belum dapat diprediksi," kata Daryono (eks)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER