Jakarta, CNN Indonesia --
Samino lahir 49 tahun dengan kondisi layaknya manusia pada umumnya, seluruh indera yang ada dalam dirinya berfungsi dengan sempurna.
Namun saat usia tujuh tahun dia mengalami sakit panas yang membuat kemampuan dia untuk melihat lambat laun menghilang.
Samino mengaku hingga usia belasan tahun dia masih yakin bahwa penglihatannya masih bisa disembuhkan dan dia akan berusaha mencari uang untuk mengembalikan indera melihatnya tersebut.
Hanya saja impian Samino untuk kembali melihat sirna setelah dokter memvonisnya tak bisa melihat lagi, dokter menyebut penyakit yang diderita Samino tak bisa disembuhkan.
Alih-alih terpuruk dengan fakta tersebut, Samino justru malah bersyukur. Dia mengatakan bahwa sejak saat itu dia tak lagi harus berharap penglihatannya akan kembali, dan dia malah berpikir bagaimana memaksimalkan kondisinya tersebut untuk tetap hidup.
Akhirnya pada 1987 Samino memutuskan mengikuti pendidikan pijat untuk para penyandang tunanetra.
Keputusan itu sempat ditentang oleh orang tua yang takut Samino tidak diurus dengan baik selama mengikuti pendidikan.
Dan setelah berkali-kali memohon akhirnya orang tua Samino memberikan izin pada anaknya untuk mengasah kemampuan sebagai tukang pijat.
Setelah lulus pendidikan, Samino memutuskan untuk pindah ke Jakarta demi mendapatkan kesempatan yang lebih layak.
Dan tidak terasa dia telah menekuni profesinya tersebut selama hampir 30 tahun.
Samino mengaku sempat muncul rasa penyesalan karena dia tidak pernah mencoba untuk mengasah kemampuan selain pijat.
Namun Samino meninggalkan rasa sesal itu dan terus berharap rezekinya akan terus datang selama dia masih bekerja sebagai tukang pijat.