Jakarta, CNN Indonesia -- Langkah kaki Ita (38) berhenti sejenak, Sabtu, (8/2). Langit masih gelap, jam menunjukkan pukul 04.00 WIB.
Ita baru bersiap menyiapkan dagangan sayur di lapaknya di Jalan Bangka Barat IV RT 003 RW 07, Pela Mampang, Jakarta Selatan. Sehari-hari, Ita biasa menjual sayur di lapaknya yang terletak di halaman depan kontrakannya.
Dini hari itu, ia heran ketika melihat debu beterbangan di lapaknya. Dia berhenti merapikan dagangannya, dan mencoba mencari asal debu. Matanya, melihat debu berasal dari bangunan seberang lapaknya, sebuah bangunan kos berlantai tiga berpenghuni 20 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu bunyi besi bergetar dari bangunan itu, dia langsung teriak dan berlari membangunkan penghuni.
"Turun, mau roboh," teriak Ita dari depan lapaknya.
Tidak ada yang menggubris teriakan Ita. Dagangannya dia tianggal. dan terus berteriak membangunkan penghuni.
"Gempa, gempa, turun, semuanya turun," teriak Ita.
Mendengar teriakan Ita, Asih Eldiana (39), tetangga Ita terbangun dan langsung membantu membangunkan para penghuni kos.
"Saya dengar bu Ita teriak gempa, saya kira gempa beneran makanya langsung keluar. Pas keluar udah bunyi Brak, besi-besi jatuh terus jadi hitam semua karena debu," ujar Asih
Seluruh penghuni kemudian berhamburan menyelamatkan diri. Mereka berdesak-desakan berupaya menuruni tangga dengan cepat. Kosan roboh, tepat ketika semua penghuni sudah turun menyelamatkan diri. Hanya satu orang dilaporkan terluka dalam peristiwa robohnya kosan tiga lantai tersebut.
"Saya habis teriak gitu, orang-orang pada keluar, terus saya lihat reruntuhannya ke arah kontrakan saya," kata ita, "Sudah enggak bisa mikir yang lain-lain lagi waktu itu, cuma
ngelihat saja kontrakan saya ditimpa reruntuhan," ujar Ita.
 Bangunan ambruk. (CNN Indonesia/Melani Putri) |
Ita mengontrak lapak itu. Selain menjadi tempat berjualan, kontrakan itu juga menjadi tempat tinggal Ita. Reruntuhan bangunan itu juga menimpa kontrakan Ita.
Sambil berkaca-kaca, Ita mengaku tidak sempat menyelamatkan surat-surat berharga.
"Mana kepikiran yang kaya gitu, saya mau masuk lagi aja takut orang besi-besinya udah berjatuhan," lanjut Ita.
Seorang penghuni kosan, Husnul Khotimah (23) yang bercerita, sebelum roboh, dia mengaku tidak bisa tidur. Begitu mendengar teriakan Ita, dia langsung bergegas bangun.
Ia mengaku tidak mendengar suara besi yang bergetar, tapi ia mendengar suara bangunan roboh yang terdengar seperti benda berat terjatuh.
Bersama suami dan anaknya yang berusia 8 bulan, dia bergegas keluar dari kosan tersebut.
"Saya dengarnya suara benda jatuh tapi keras banget, langsung ada yang teriak gempa, saya
bangunin suami saya, anak saya gendong keluar," katanya.
Dari kamarnya di lantai 2, ia melihat bangunan kosnya perlahan mulai ambruk. Ia dengan terburu-buru menuju tangga, namun tangga yang biasa ia gunakan hanya tersisa setengah anak tangga.
"Saya loncat sambil gendong anak saya," kata Khotimah sambil menggendong anaknya.
[Gambas:Video CNN]Nopi (20), penghuni lain bercerita, saat kejadian dia baru pulang dari kantornya di wilayah Kuningan, pukul 11 malam. Ia kemudian tidur dan terbangun mendengar teriakan gempa.
Nopi mengaku pada pukul 3 dini hari mendengar suara besi-besi bergetar, namun ia tidak ambil pusing karena kejadian tersebut telah terjadi beberapa kali.
"Jadi emang sering dengar suara
krrek krek gitu sih, dari besi kan, saya kira karena ada kucing di genteng makanya getar-getar," katanya.
Tak lama setelah itu, ia mendengar deru langkah orang-orang menuju tangga. Ia juga mendengar orang-orang di luar berteriak gempa. Sontak ia panik dan langsung keluar kamar kos bersama temannya.
"Pas ada yang teriak gempa saya sama teman saya langsung keluar kos, orang-orang udah pada turun, kita masih loncat tembok karena tangga udah rusak," jelasnya.
Ia mengaku tidak membawa barang apa pun ketika keluar kos. Hanya ada pakaian yang tertempel pada badan.
"Enggak ada yang saya bawa, surat-surat ada di kos semua, KTP, Ijazah, kontrak kerja, semua saya tinggal, enggak
kepikiran itu," katanya cemas.
Warga setempat mengatakan, lantai tiga kosan tersebut baru dibangun setahun yang lalu dan sempat ditegur RT setempat karena izinnya belum ada.
Lokasi kos terletak di Jalan Bangka Barat IV, akses menuju kosan melalui gang kecil selebar satu meter dan hanya dapat dilalui dengan sepeda motor. Lokasi kos sendiri berada tepat di belakang rumah pemilik kos.
Sementara, Camat Kecamatan Mampang Prapatan, Djaharuddin, mengatakan bangunan tersebut tidak layak.
"Kalau dilihat dari situasi bangunan sepertinya tidak layak, dari struktur pondasi atau besi yang digunakan itu tidak sesuai standar," katanya.
Sejumlah petugas kepolisian, Satpol PP, Damkar, dan pihak kelurahan juga diterjunkan untuk membantu proses evakuasi puing-puing bangunan. Polisi juga membentangkan garis kuning polisi di sekitar lokasi robohnya kos-kosan itu.
(mel/ugo)