Jakarta, CNN Indonesia -- Para
pemudik atau yang ingin pulang ke kampung halaman mencoba segala cara agar bisa lolos dari pencegatan polisi terkait
larangan mudik. Salah satunya yang dilakukan pemudik yang ingin pulang ke Sumenep, Madura, dari Cikarang, Jawa Barat, pada Kamis (14/5) lalu.
Satu keluarga tersebut, yang ingin mudik, mencoba mengecoh petugas dengan bersembunyi di dalam minibus yang diangkut menggunakan mobil derek gendong atau towing.
Tapi, aksi sembunyi mereka ketahuan petugas Polres Ngawi, Jawa Timur, ketika melintas perbatasan wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petugas memergoki pemudik pemudik tersebut di dalam mobil yang diangkut penderek gendong tersebut di Pintu Keluar Tol Ngawi.
Polisi mendapati rombongan mudik itu bersembunyi di dalam mobil yang diangkut ke atas towing. Dan, mereka selama itu memanfaatkan kaca yang gelap untuk mengelabui aparat petugas di titik-titik pos pengamanan mudik.
"Untuk sampai ke kampung mereka menyewa minibus sebesar Rp700 ribu dan menyewa truk towing sebesar 6 juta," dikutip dari siaran
CNNIndonesia TV, Jumat (15/5).
Para pemudik mengaku terpaksa pulang kampung karena sudah tidak memiliki sumber nafkah di daerah asal.
"Kami lebih selektif dalam penyekatan, check point khususnya kepada pemudik dan kendaaraan, dengan beberapa modus baru ini memang jadi bahan pembelajaran kami dimana masyarakat sudah semakin pintar melihat peluang dan waktu-waktu yang tempat," kata Kasat Lantas Polres Ngawi AKBP Bobby Mochammad Zulfikar.
Sementara itu untuk pemudik, setelah aksinya ketahuan, mereka diarahkan untuk menunggu Petugas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumenep. Adapun mobil dan truk towing diamankan ke Polda Jawa Timur untuk ditindaklanjuti.
"Ya [jadi] enggak bisa pulang kumpul, kumpul keluarga," kata salah satu pemudik, Hamilah.
Sebelumnya, kejadian modus sembunyi pemudik juga terjadi di tempat yang sama, yakni di Tol Ngawi pada Selasa (12/5) sore.
Sembilan pemudik asal Semarang, Jawa Tengah diamankan saat kedapatan turun dari minibus dan kemudian melompati pagar pembatas tol menuju jalan layang (
overpass) untuk pulang ke rumah masing-masing di Ngawi.
Atas perbuatannya, mereka diberikan pengarahan. Sementara itu, pengemudi diberikan sanksi tilang oleh Satlantas Polres Ngawi.
"Untuk Pemudik kami koordinasikan dengan BPBD dan Dinas Kesehatan, yang pertama kita akan melakukan tes kesehatan dulu, setelah itu berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas dan kepala desa, dan pemudik diimbau melakukan isolasi mandiri di rumahnya masing-masing," kata AKBP Bobby Mochammad Zulfikar Kasat Lantas Polres Ngawi dikutip dari siaran
CNNIndonesia TVUntuk diketahui, Pemerintah dengan tegas telah melarang mudik untuk mencegah penyebaran virus corona. Kebijakan itu berlaku sejak 24 April lalu dan berakhir pada 31 Mei mendatang.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, kebijakan mudik tersebut mengalami pelonggaran seperti warga diizinkan pulang kampung dalam situasi darurat atau untuk kriteria tertentu. Namun, sebelum melakukan perjalanan mereka harus memiliki surat izin keterangan kedaruratan dari instansi dan/atau surat tugas untuk pekerja yang dikecualikan.
[Gambas:Video CNN]Sementara itu, di tengah pelonggaran moda transportasi, banyak Perusahaan Otobus (PO) yang mengaku merugi meski pemerintah telah memberikan relaksasi terhadap moda transportasi.
Ikatan Pengusaha Muda Otobus Muda Indonesia (IPOMI) mengaku relaksasi tersebut tidak berdampak terhadap angka penjualan tiket bus.
Penumpang masih sepi sehingga membuat banyak pengusaha merugi karena masih tetap mengantar penumpang dengan jumlah di bawah biaya operasional.
"Dampaknya jelas tetap tidak ada penumpang, sehingga yang diharapkan membantu pengusaha untuk bisa jalan melayani penumpang, malah saat ini yang terjadi kita pun harus menanggung kerugian karena penumpang sudah membeli tiket dan kita harus antar," kata pengurus IPOMI Antoni Steven Hambali.
Senada, PO Garuda Mas yang melayani rute DKI Jakarta-Jawa Tengah mengaku tetap memberangkatkan bus meski minim penumpang. Saat ini, terdapat 86 PO bus rute Jawa-Sumatera yang beroperasi di terminal bus Pulogebang, namun di setiap PO hanya 2-3 bus yg diizinkan beroperasi.
"Ya 7-10 orang, dan itupun pelanggan kami, kenapa tetap berangkat, karena pelanggan kami sangat membutuhkan dalam keadaan ini," ujar Pengurus PO Garuda Mas Margono.
(khr/kid)
[Gambas:Video CNN]