Epidemiolog Sebut Puncak Corona Jatim Meleset dari Prediksi

CNN Indonesia
Senin, 25 Mei 2020 19:07 WIB
Petugas kesehatan memeriksa suhu tubuh warga di pos pemeriksaan (check point) Rungkut Menanggal Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/5/2020). Pada hari kelima pelaksanaan PSBB di Surabaya, petugas gabungan di pos pemeriksaan tersebut meminta sejumlah pengendara untuk kembali ke luar Kota Surabaya disebabkan salah satu diantaranya melebihi jumlah 50 persen kapasitas penumpang kendaraan bermotor. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp.
etugas kesehatan memeriksa suhu tubuh warga di pos pemeriksaan Rungkut Menanggal Surabaya, Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Puncak kurva kasus virus corona (Covid-19) di Jawa Timur diprediksi bakal meleset dari prediksi awal. Penyebabnya lantaran aktivitas masyarakat beberapa hari terakhir, terutama jelang Hari Raya Idulfitri 1441 H kemarin sangat tinggi.

Hal itu diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windhu Purnomo. Ia menyebut berdasarkan penelitian yang dilakukan pihaknya, seharusnya puncak Covid-19 di Jatim terjadi pada 28 Mei 2020 ini.

"Dari prediksi jelas, kurva infeksi kita itu masih naik dan belum sampai puncak. Puncak itu [seharusnya] masih lima hari setelah hari Sabtu (23/5)," kata Windhu kepada CNNIndonesia.com, Senin (25/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, kata Windhu prediksi itu meleset karena mobilitas masyarakat yang tinggi sejak jelang Idulfitri. Masih kedapatan masyarakat yang abai protokol kesehatan dengan bepergian ke pusat-pusat perbelanjaan seperti mal.

Belum lagi, banyaknya masyarakat yang masih tak menuruti imbauan soal takbir keliling, Salat Id berjemaah di masjid atau dilapangan, hingga warga yang tetap melakukan silaturahmi di momen lebaran.

"Tergantung kalau pas hari raya ini tidak ada pergerakan orang, tapi nyatanya masih banyak banget, masih ada yang takbiran, masih ada salat jemaah, unjung-unjung [silaturahmi], bisa tambah meningkat lagi. Apalagi menjelang Lebaran mal-mal buka ramai, orang jualan pakaian masih ramai," ujarnya.

Oleh karena itu, kata dia, sebaiknya pemerintah jangan terburu-buru untuk melakukan pelonggaran [PSBB]. Apalagi di wilayah yang menjadi epicentrum penularan Covid-19 di Jatim, seperti Kota Surabaya.

"Sebetulnya belum aman kalau kita lakukan pelonggaran," ucap Windhu.

Lebih lanjut, tingkat penularan di Jatim, hingga kini, juga masih sangat tinggi. Windhu mengatakan angkanya berkisar di 1,4 sampai 2,2. Angka itu berbeda dari tiap kabupaten atau kota.

"Artinya bervariasi, antara kabupaten atau kota berbeda-beda. Itu masih jelek karena masih di atas satu. Karena satu orang masih bisa menulari lebih dari satu orang," kata dia.

Hingga Minggu (25/5) angka kasus positif virus corona di Jatim mencapai 3.642 pasien. Sebanyak 2.840 pasien di antaranya masih menjalani perawatan, 489 sembuh dan 294 pasien lainnya meninggal dunia.

Sementara itu, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) tercatat sebanyak 5.682 orang. Yang masih diawasi hingga kini ada 2.628, selesai diawasi 2.508 orang, dan meninggal 546 orang.

Kemudian Orang Dalam Pemantauan (ODP) tercatat ada 23.635 orang, yang masih dipantau 4.079 orang, selesai dipantau 19.436 orang dan 93 orang lainnya meninggal dunia. (frd/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER