Jakarta, CNN Indonesia -- Kessa, seorang petugas keamanan di
Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, merindukan lelah bekerja di masa Lebaran kala
virus corona (Covid-19) belum mewabah. Pria 21 tahun ini mengenang keramaian dan kesibukan berinteraksi dengan calon penumpang yang hendak mudik ke kampung halaman setahun lalu.
"Ya, terasa kalau lebaran masih normal dari segi capeknya, ramainya penumpang, sampai antre masuk
boarding panjang. Kalau sekarang sepi," kata Kessa di Balai Wartawan Stasiun Gambir, Selasa (26/5).
Dahulu saat musim lebaran, bisa dipastikan hampir di setiap sudut stasiun ada penumpang. Kesibukan terlihat dari mulai pengemudi taksi menunggu penumpang, porter yang memberikan jasa, membawa tas milik penumpang di pundaknya, hingga penumpang yang berjubel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada penumpang yang sudah terbiasa, langsung menuju loket, ke pintu masuk, dan menuju peron kereta. Ada pula penumpang yang terlihat bingung mencari-cari papan informasi kemudian bertanya pada petugas.
Namun kini, Gambir lengang. Hanya ada petugas seperti dirinya. Sesekali ada keramaian saat kereta luar biasa yang memang dioperasikan saat lebaran ini datang dari luar kota.
Selebihnya, Gambir sepi seperti bukan stasiun kereta api.
 Staisun Gambir lengang meski di musim lebaran karena pandemi corona. (CNN Indonesia/ Ryan Hadi) |
Warga Bogor, Jawa Barat, ini sudah dua tahun bekerja di lingkungan stasiun gambir. Ia tidak karam dalam kesedihan lantaran absen merayakan Lebaran bersama keluarga. Jarak antara Jakarta-Bogor yang terhitung dekat membuatnya bisa lebih lebih dulu bertemu keluarga pada H-1 jelang hari raya atau tepatnya malam takbiran.
"Kalau saya sih ibarat kata kangen, ya, ada kangennya. Ya, gimana juga kerja buat orang di rumah. Tapi malam takbir saya sudah sempat menemui keluarga," katanya.
Ia mafhum melihat aktivitas stasiun sepi sebagai konsekuensi upaya mencegah penyebaran virus corona. PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencatat pada hari ini saja hanya ada dua kereta luar biasa (KLB) keberangkatan dari Surabaya ke stasiun gambir dengan jumlah angkut 63 orang penumpang.
"Corona berdampak luas," katanya.
Karena ada pandemi ini, tutur dia, tunjangan hari raya (THR) yang didapatnya terpaksa harus dipotong. Belum lagi, rasa khawatir 'menghantui' karena berdasarkan kabar yang dia terima, perusahaan sudah mulai melakukan pembicaraan mengenai pengurangan tenaga kerja.
"Gaji aman. THR kemarin enggak
full. Kurang dari setengah," ujarnya.
"Tapi dari dalam mau ada kayak pengurangan, tapi belum terlaksana sih. Semoga aja jangan," tambahnya.
Pertanyakan PSBBMenurutnya, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dipilih pemerintah dalam menekan penyebaran virus corona masih belum efektif. Ia tak menampik implementasi kebijakan itu menomorduakan kesehatan.
Ia menyinggung pelonggaran PSBB di mana pasar, mal dan bandara disesaki orang-orang tanpa mengindahkan protokol kesehatan.
Selain itu, ia juga memahami banyak masyarakat yang bertindak melanggar aturan demi memenuhi hidup sehari-hari dan terpaksa harus ke luar rumah.
 Kessa, Petugas Keamanan Stasiun Gambir. (CNN Indonesia/Ryan Hadi) |
"Kurang efektif," simpulnya.
Ia juga tak habis pikir di masa sulit seperti ini pemerintah justru menaikkan iuran BPJS Kesehatan.
"Yang bikin
nyesek masyarakat kemarin pas pandemi begini, BPJS naik. Bener. Wah, pandemi gini
sempet-sempetnya BPJS naik, kemarin turun. Kayak dikasih angin segar doang," keluhnya.
"Kita bayar BPJS aja pelayanan di rumah sakit begitu. Tergantung kelasnya. BPJS kelas 3 mah ampas aja itu," lanjut dia.
(ryn/pmg)
[Gambas:Video CNN]